Esposin, WONOGIRI – Belum lama ini Esposin melakukan liputan kuliner di Wonogiri. Pilihan jatuh ke kerupuk legendaris yang akrab disebut dengan kerupuk ndalepak-ndalepuk atau kerupuk kere. Liputan tersebut membuat netizen teringat masa-masa mereka sering menukar rosok dengan kerupuk tersebut.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Ndalepak-ndalepuk merupakan nama yang diambil dari kepanjangan sandale bapak diijolke kerupuk atau sandal milik bapak ditukar kerupuk. Zaman dulu di tahun 1990-an kerupuk kere bisa dibeli dengan cara barter barang rosok atau barang bekas.
Bahkan tak jarang anak-anak menukar sandal bapaknya demi mendapat kerupuk kere. Dari fenomena itulah muncul nama kerupuk ndalepak-ndalepuk.
Kerupuk kere memiliki bentuk memanjang mirip rantai. Rasanya ada yang manis dan ada juga yang gurih. Cara membuat kerupuk ini digoreng menggunakan pasir. Salah satu penjual yang berhasil ditemui Esposin adalah Sri Giyati, 46.
Warga Dusun Sengon RT003/RW007, Ngadirojo, Nguntoronadi itu dapat menghabiskan 6 kuintal kerupuk /pekan. Kini barter dengan rosok tak lagi populer, kerupuk dijual di tepi jalan raya Ngadirojo-Pacitan dari arah Ngadirojo kanan jalan setelah Jembatan Gedong. Dari hasil penjualannya, Sri mampu menghasilkan Rp5 juta/pekan dari omset sekitar Rp12 juta /pekan.
Hasil liputan Kerupuk ndalepak-ndalepuk dibagikan ke fanpage Facebook Esposin, Sabtu (23/9/2017). Cerita tentang kerupuk itu mengundang komentar unik dari netizen, khususnya netizen yang pernah barter barang rosok untuk kerupuk tersebut.
“Waa, mimin ngajakin nostalgia. Min, jadi ingat waktu SD, sandal sama panci emak aku tukerin kerupuk beginian. Terus dimarah-marahin,” tulis Maya Etawa.
“Enak banget rasanya, gurih-gurih nyoe. Dulu beli Rp1.00 dapat satu ceting penuh. Di tempat aku Ngadirojo, Wonogiri masih banyak yang jual gituan,” tulis Andri Anggara.
“botol bekas karo bekas odol lagi entuk kerupuk kui. Yo zaman cilik an mbiyen,” tulis Sahlan.
“Jajananmu mbiyen iki Lia Ardiana. Golek rosok terus diijolke gulali opo kerupuk ndalipuk,” tulis Fuad Al Amin.
“Rasanya enak banget. Dulu kalau ada bapak-bapak tua bawa sepeda sambilbilang dalepok. Saya langsung bergegas mencari barang yang ga dipakai, kayak kardus, botol, ember pecah buat ditukar kerupuk tersebut. Sampai sekarang saya masih hobimakan kerupuk itu,” tulis Supri Orsol.