Esposin, SOLO--Perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), VH, 42, ternyata baru sebulam menikah dengan pelaku yang juga suami korban, AS, 47. Bahkan, korban diketahui dianiaya pelaku sejak sebelum menikah.
Korban juga mengeluh kepada salah satu rekannya setelah dianiaya. Penganiayaan itu dilakukan oleh suaminya, AS, 47, sehingga mengakibatkan VH mengalami luka-luka dan meninggal dunia.
“Dengan saya pribadi, pada 9 Juli 2024, dia melakukan video call [VC] dengan saya dengan posisi dia ada bengkak, lebam-lebam gitu. Dan itu ditunjukkan kepada saya, saya screenshoot untuk menguatkan bukti ke kepolisian bahwa sebelum menikah pun dia mengalami penganiayaan,” ujar salah satu rekan korban yang juga Wakil Sekretaris DPD Perindo Solo, Astie Wulandari, saat ditemui awak media di area Perkuburan Boto, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jumat (23/8/2024) siang.
Astie menjelaskan bahwa kejadian penganiayaan yang dikeluhkan oleh korban kepadanya itu terjadi sebelum korban menikah dengan pelaku. Dan, lanjut Astie, sebagai rekan ia mengaku pernah memberi peringatan untuk berhati-hati serta berpikir ulang untuk menikah dengan pelaku.
“Tapi dia menjawab ‘aku senang'. Jadi kami sebagai teman ya gak bisa menjawab apa-apa lagi,” jelas dia.
Lebih lanjut, Astie bercerita bahwa VH itu juga merupakan kader Perindo Solo. Dan karena kinerjanya yang dianggap cukup baik serta tidak pernah pilih-pilih dalam membantu orang lain, VH kemudian dipercaya untuk menjadi Kepala Rumah Tangga DPD Perindo Solo.
“Dia terakhir aktif di Perindo Solo sekitar April 2024. Dan saya terakhir ketemu dengan dia sekitar dua pekan sebelum dia menikah [dengan pelaku, AS], sekitar 10 Juli 2024 dia datang ke rumah saya,” kata dia.
Dari pengakuan Astie itu diketahui bahwa usia pernikahan antara korban dengan pelaku itu lebih kurang sebulan lamanya.
“Kami teman-teman partai kaget [atas meninggalnya VH] karena dia kan tidak sakit, tidak ada kabar apapun. Cuma kami sudah mendengar informasi meninggalnya itu karena KDRT,” pungkasnya.
Astie dan beberapa temannya saat ditemui awak media siang itu turut mengikuti prosesi ekshumasi jasad VH dan autopsi hingga selesai. Dia dan beberapa temannya duduk di area pintu masuk Perkuburan Boto sembari menyiapkan acara doa bersama tujuh hari meninggalnya teman mereka itu.
Dalam kesempatan yang sama, adik korban yang juga melaporkan kejadian itu, Yuda Yanutama menyampaikan bahwa dia tidak begitu mengenal pelaku yang juga merupakan suami dari kakaknya itu.
“Baru ketemu dan kenal [dengan pelaku] sekitar sebulan sebelum mereka menikah. Mungkin kakak sudah mengenal dia lebih lama,” kata dia saat ditemui awak media di area Perkuburan Boto, Jumat (23/8/2024) siang.
Pun dengan KDRT yang dialami kakaknya dia juga tidak mengetahui hal itu karena, lanjut dia, kakaknya cenderung bersikap tertutup terhadapnya.
Yuda mengaku kali pertama mendapat kabar kakaknya meninggal di rumah sakit itu pada Senin (19/8/2024) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
“Kondisi [kakak, HV] sudah meninggal sejak Minggu [18/8/2024] sekitar pukul 23.00 WIB. Yang menghubungi saya waktu itu adalah kakaknya si pelaku,” kata dia saat ditemui awak media di area Perkuburan Boto, Jumat (23/8/2024) siang.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mulanya kabar yang diterima terkait kakaknya dibawa ke rumah sakit karena suhu tubuh yang terlalu tinggi. “Tapi begitu lihat kondisi saat di kamar jenazah, kok di wajah kakak saya itu luka lebam semua,” kata dia.
Dari situ, ia kemudian berpikir bahwa ada sesuatu yang kurang beres yang menimpa kakaknya. Namun, lanjut Yuda ia juga belum menyangka bahwa kakaknya menjadi korban KDRT yang dilakukan oleh suaminya, serta tidak tega kalau harus saat itu juga dilakukan autopsi terhadap jasadnya.
“Sebenarnya setelah dikabari itu, saya sekitar pukul 02.30 WIB sampai rumah sakit. Dan pukul 03.00 WIB, saya ke Mapolresta pengennya bikin laporan. Cuma, saya enggak jadi [melaporkan] karena pemikiran saya, saya enggak tega dengan kakak saya karena harus diautopsi,” kata dia.
Saat ditanya alasan memberi izin autopsi setelah jasad kakaknya dimakamkan, sebab ia baru memantapkan diri untuk melapor kejadian itu pada Rabu (21/8/2024) lalu.
“Pengennya ya keadilan aja. Minta keadilan,” jelas dia.