“Saya memang pernah ditemui PDM dalam forum tertentu. Ya, saya menyampaikan persoalan yang saya rasakan dalam kapasitas saya sebagai Wabup. Persoalan yang terjadi seperti ini lho. Saya menyampaikan terima kasih kepada PDM dalam forum itu. Yang jelas di hati kecil saya, tidak ada rasa memusuhi Bupati. Kalau memusuhi, kenapa saya harus bantu membantu? Kalau saya memusuhi Bupati makan akan merusak amal saya,” terang Wabup saat dihubungi Espos.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Menurut Wabup, bila ada perbedaan dalam tataran pikiran-pikiran tentang penyelenggaraan pemerintahan, maka hal itu wajar. Dia mengimbau informasi yang diterima pimpinan harus ada cek dan ricek terlebih dulu. “Saya tidak masalah bila harus dipertemukan dengan Bupati untuk islah. Cuma saya berpesan antara ucapan dan tingkah laku harus jelas,” tambahnya.
Daryantao menghargai upaya Muhammadiyah. Dia juga menyadari bahwa dalam menjalankan pemerintahan harus bersama-sama, tidak ada musuhan dalam pimpinan. Dia mengaku memiliki tanggung jawab terhadap rakyat Sragen tanpa membeda-bedakan kelompok tertentu.
“Saya tidak mau perkembangan politik belakangan ini berdampak pada pemutusan silaturahmi yang kami bangun dengan orang Sragen. Sebanyak 900.000 rakyat ini bagian dari tanggung jawab saya. Apa pun yang terjadi sampai akhir periode, dikembalikan ke Allah saja. Saya tidak ingin ada pihak-pihak yang memanfaat isu untuk memutus silaturahmi hanya karena perbedaan pandangan politik,” tegasnya.
Sebelumnya, PDM Muhammadiyah Sragen meminta tabayun atau penjelasan dari Bupati dan Wabup secara terpisah terkait rumor perpecahan hubungan mereka. Ketua PDM Sragen, H Qowam Karim, berencana mempertemukan orang nomor satu dan nomor dua di Sragen itu dalam forum khusus agar mereka bisa islah dan membangun Sragen sampai akhir periode.
JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu