Esposin, SOLO - Komunitas Rekso Estuning Dumadi Batik (RED Batik) Solo mulai merancang kostum karnaval yang bakal ditampilkan dalam even karnaval Internasional 60th Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Jumat (24/4/2015) mendatang.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Selain itu, RED Batik juga diundang menjadi bintang tamu dalam Semarang Night Carnival di Semarang, Minggu (3/5/2015).
Pimpinan komunitas RED Batik Solo, Heru Mataya, mengatakan pihaknya meyiapkan kostum karnaval tersebut dengan cara menggelar workshop yang diikuti 60 orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Menurut dia, masing-masing peserta digiring untuk menciptakan kreasi kostum. Kostum mereka kemudian diseleksi untuk selanjutnya disuguhkan dalam karnaval.
“Kami sudah menggelar workshop membahas ide gagasan, sketsa, dan terakhir praktik pembuatan mahkota. Kami ajak mereka yang masih SD, SMP, hingga masyarakat umum untuk mengikuti workshop setiap pekan pada Minggu. Workshop akan berlangsung hingga dua bulan ke depan,” jelas Heru Mataya saat berbincang dengan Heru menjelaskan RED Batik tetap konsisten dalam membuat kostum karnaval dengan mengambil dari bahan-bahan alam, seperti rotan, bambu, dan anyaman pandan. Selain mudah dikreasikan menjadi karya unik, lanjut Heru, bahan alam gampang ditemukan di pasar-pasar tradisional. Menurut dia, penggunaan bahan alam menjadi promosi tidak langsung untuk meramaikan pasar tradisional. “Kami mendidik, khususnya kepada anak-anak dan anak muda untuk menggerakan tangan kreatif mereka membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Kami mendorong untuk memunculkan kreativitas mereka dengan mengolah bahan alam sederhana,” jelas Heru.
Heru menyampaikan dalam persiapan dua ajang karnaval tersebut, RED Batik Solo fokus mengajak peserta workshop untuk merancang kostum karnaval bertema Kerayaan Wayang. Menurut dia, peserta dibebaskan megambil inspirasi dan kreasi dari tokoh wayang untuk selanjutnya dipelajari serta didesain ulang menjadi karya kostum kreatif. “Mereka bebas megambil inspirasi dan melakukan kreasi dari tokoh wayang. Hal itu sekaligus untuk menjadi bahan belajar mereka untuk mengenal filosofi busana dan karakter tokoh-tokoh wayang. Apa yang mereka dapat itu kemudian dikreasikan menjadi sesuatu [dalam kostum karnaval] yang baru. Kami mewakili Solo dalam ajang nasional maupun internasional,” ujar Heru.