Esposin, SOLO--Museum menjadi tempat yang tidak hanya menyimpan dan merawat barang-barang lawas atau tua. Lebih dari itu, berupa barang yang memiliki filosofis penciptaan yang beragam dan tak jarang unik.
Salah satunya ialah Museum Keris Nusantara Solo yang menyimpan berbagai barang pusaka dari berbagai daerah di nusantara berbentuk keris, tombak, pedang, dan sebagainya yang memiliki beragam filosofi atas penciptaan barang pusaka tersebut.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Edukator Museum Keris Nusantara Solo, Anjang Pratama Suriansyah saat ditemui Esposin di Museum Keris Nusantara Solo pada Selasa (13/8/2024) pagi menjelaskan bahwa ada beberapa pusaka yang menjadi andalan dari museum di samping pusaka lain yang tak kalah nilainya.
“Di sini setidaknya setiap jenis pusaka ada yang kami anggap sebagai masterpiece hingga saat ini,” kata Anjang, sapaan akrabnya.
Ia kemudian menunjukkan satu koleksi dari jenis tombak yang memiliki nama Tombak Kanjeng Kiai Jimat. Pembuatan tombak yang dipamerkan di lantai 3 Museum Keris Nusantara Solo itu, kata dia, disinyalir pada masa Kerajaan Pengging, sekitar abad ke-15.
“Ciri khasnya memiliki luk [lekukan] 7 dengan menggunakan kinatah emas,” jelasnya.
Pada masanya dahulu, tombak itu tidak digunakan sebagai senjata berperang, melainkan sebagai simbol legitimasi para utusan raja dalam melaksanakan tugas yang dititahkan oleh raja.
“Njimati pasukane. Jadi sebenarnya tombak ini adalah simbol doa. Pun dengan luk 7 dalam bahasa Jawa ada pitulungan atau pertolongan,” kata dia.
Karena itu pula, lanjut Anjang, mata Tombak Kanjeng Kiai Jimat berbeda dengan kebanyakan tombak lainnya yang digunakan berperang. Tombak itu memiliki estetika yang lebih tinggi yang dapat dilihat dari bentuknya yang memiliki luk, sepuhan berbagai bahan yang lebih halus, serta ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan tombak berperang.
Mata tombak yang memiliki ukuran lebih kurang 20 cm itu dipamerkan dengan cara dipasangkan dengan batang tombak yang lebih pendek.
“Tombak itu sudah berada di museum ini sejak sekitar 2021 lalu,” kata dia.
Selain tombak ada pula keris. Salah satunya keris yang dibuat oleh empu ternama dari Solo yakni Ki Sukamdi. Nama kerisnya ialah Keris Kiai Eka Sapta yang memiliki bentuk paling beda dari bentuk keris lainnya yang tersimpan di situ.
Pantauan Esposin, keris itu memiliki dua bilah yang berbeda pula. Satu bilah berbentuk lurus tanpa luk, satunya lagi berluk 7. Kepada Esposin, Anjang menjelaskan bahwa Ki Sukamdi memiliki filosofi sendiri saat membuat keris itu yakni 1 luk dan 7 luk, jika digabungkan akan membentuk angka 17. Sementara jika kedua angka tersebut ditambahkan, lanjut Anjang, maka hasilnya adalah 8.
“Karena itu, menurut interpretasi saya penciptaan keris ini merupakan syukur dari sang empu atas kemerdekaan Indonesia yang disimbolkannya dengan keris dua bilah ini,” jelasnya.
Keris Kiai Eka Sapta itu, terang Anjang, termasuk dalam jenis kalawijan atau keris yang dibuat dengan bentuk di luar dari bentuk paten keris pada umumnya. Saat ini, keris itu tersimpan dan dipamerkan di lantai 4 Museum Keris Nusantara Solo bersama dengan keris-keris lainnya yang dibuat oleh empu-empu dari Solo.
Terakhir ada keris yang kerap dikirabkan oleh Museum Keris Nusantara Solo, yakni Keris Kiai Tengara yang merupakan hibah dari Presiden Joko Widodo.
Keris itu, jelas Anjang, menggunakan nama yang berasal dari kata ‘tenger' yang berarti tanda. Keris itu pula yang menjadi penanda berdirinya Museum Keris Nusantara Solo.
Selain itu, ada keunikan filosofi yang terdapat dalam bentuknya yakin berluk 5 yang melambangkan Pancasila. Sementara pada bagian pamor-nya wengkon yang bisa dilihat di pinggir bilah keris berwarna putih mengelilingi bilah itu melambangkan suatu perlindungan.
“Di sarung atau warangka kerisnya ada motif sungging atau yang biasa digambar pada wayang kulit. Di warangka keris itu juga digambar hal yang sama yang menunjukkan berbagai macam satwa yang sebenarnya melambangkan dari kekayaan baik itu alam, ras, suku, agama, dan kebudayaan yang ada di Indonesia,” jelas Anjang.
Keris itu juga memiliki kinatah emas dengan bentuk hewan dalam mitologi Jawa, Lar Munga. Lar Munga sendiri ialah hewan yang digambarkan berkepala gajah, bertubuh panjang seperti ular, serta memiliki sayap lebar. Dari situ melambangkan bahwa teritori Indonesia memiliki ruang darat, udara, dan laut yang perlu dijaga bersama-sama.
“Keris ini dibuat oleh empu-empu se-Nusantara. Tidak hanya dari empu di Jawa tapi juga melibatkan empu-empu dari berbagai daerah lainnya. Keris ini sudah berada di sini sejak 2017 lalu,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang lain, Kepala UPTD Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata(Disbudpar) Solo, Bonita Rintyowati, menjelaskan bahwa hingga saat ini Museum Keris Nusantara Solo telah menyimpan dan memamerkan setidaknya 840 pusaka dengan berbagai bentuk yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Dengan waktu pembuatan pusaka yang disimpan di museum itu pun bermacam-macam mulai dari abad ke-9 hingga kontemporer,” kata dia saat dihubungi Esposin pada Selasa (13/8/2024) sore.
Dia berharap Museum Keris Nusantara Solo ke depannya mampu menjadi rujukan bagi para pelajar, wisatawan, bahkan peneliti sejarah untuk belajar dan meneliti terkait sejarah Indonesia melalui museum itu.