opos.com, SOLO – Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang sedang dalam magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berkolaborasi dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo menggelar pameran batik di area Museum Keraton Solo, mulai Rabu-Kamis (12-13/6/2024).
Gelaran pameran batik bertajuk Sarassua terdapat 12 batik koleksi putri-putri Pakubuwono XII dan Pakubuwono XIII, seperti GKR. Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy. Dewi Ratih Widiasari, GRAy. Devi Lelyana Dewi dan KGPH. Hangabehi, serta ada pula koleksi batik milik permaisuri Pakubuwono XII, KRAy. Pradapaningrum.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Selain itu, ada beberapa lukisan batik karya mahasiswa ISI Solo, dan karya pewarnaan batik karya siswa-siswi sekolah menengah atas, serta koleksi batik pasinaon Keraton Solo, Mondro Busono.
Motif batik yang dipamerkan itu didominasi oleh motif khas Keraton Solo, yakni motif parang dengan beragam variasi seperti parang godhong, parang parung, parang samurai, parang baris, dan sebagainya.
Ketua Pelaksana Sarassua sekaligus mahasiswa Sekolah Vokasi UNS, Nola Bella Wahyu menyampaikan bahwa gelaran itu dimaksudkan untuk mengenalkan kembali khazanah tradisional Jawa, khususnya batik kepada generasi muda. Mulai dari proses pembuatan batik, jenis dan motif batik, serta pemasaran batik.
“Sekarang, dalam pandangan kami, anak muda sudah jarang yang mau mengenakan batik. Kalau pun ada yang mau, mungkin sebatas untuk acara-acara formal seperti di perkawinan, dan sebagainya. Padahal batik itu bisa dikenakan kapan saja, tinggal bagaimana menyesuaikan,” ungkap dia saat ditemui Esposin di Museum Keraton Solo, Kamis (13/6/2024).
Karena keresahannya itu, perempuan yang akrab disapa Nobel itu, bersama beberapa temannya, berjumlah sembilan orang berinisiatif untuk memfokuskan tujuan magang MBKM mereka untuk mengenalkan ulang wastra Jawa.
Gelaran pameran koleksi batik itu, kata dia merupakan puncak dari agenda Sarassua, yang sebelumnya telah digelar pula beberapa acara seperti Diskusi Publik: Menggali Batik Keraton Surakarta yang digelar pada Selasa (11/6/2024) lalu, serta pelatihan membatik yang menyasar siswa-siswi SMKN 4 Solo dan SMAN 6 Solo pada Mei lalu.
Dalam pelatihan, para siswa diajak untuk membuat batik sesuai dengan kreativitas mereka masing-masing, dan hasilnya juga dipamerkan di gelaran Sarassua itu.
“Jumlahnya 50 siswa, membuat batik sederhana di kain sapu tangan. Hasilnya kami tampilkan,” kata dia.
Nobel dan teman-temannya, selain menggelar pameran batik juga mulai aktif berkampanye kebudayaan melalui media sosial, tepatnya akun Instagram @karatonsurakartahadiningrat. Di situ, cakupannya tidak sebatas pada wastra Jawa, namun beberapa lainnya, seperti destinasi, kesenian, serta kegiatan tradisi lainnya.
“Akun [Instagram] kami kan juga baru, yang dibawahi langsung oleh Gusti Devi itu. Di situ kami me-rebranding keraton itu biar dikenal sama anak muda. Karena mereka kan lebih senang liat video-video estetik, ada gambar bergeraknya, dan sebagainya. Nah, kami sedang mencoba itu untuk pendekatan dengan anak muda,” jelas dia.