Esposin, SOLO– Mengurus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi stigma yang berkembang di masyarakat ODGJ adalah sebuah aib yang harus ditutup rapat atau bila perlu dikucilkan dari lingkungan.
Sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi Septian Reza, 25. Pemuda asal Sumber, Solo tersebut yang selama dua tahun terakhir meluangkan tenaga, waktu, dan pikirannya secara sukarela untuk membantu penderita ODGJ se-Soloraya untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Reza bercerita kepeduliannya terhadap ODGJ bermula karena jengah melihat kondisi dimana kelompok rentan tersebut selalu mendapatkan diskriminasi dari masyarakat. Masyarakat ODGJ itu menjijikkan, menakutkan, dan banyak stempel lainnya yang disematkan.
Berangkat dari hal tersebut, dia menginisiasi untuk membuat komunitas sukarelawan yang dinamakan Komunitas Peduli ODGJ Soloraya pada 2022. Meski, secara pengetahuan dan sarana-prasarana merawat ODGJ waktu itu masih pas-pasan atau bahkan tidak ada.
Dia mengatakan awal mendirikan komunitasnya bukan tanpa tantangan. Ada beberapa temannya yang mempertanyakan langkahnya untuk spesifik mengurus ODGJ.
Namun, seiring berjalannya waktu, dia bisa meyakinkan temannya. Bahkan hingga sekarang jumlah relawan di komunitasnya mencapai 15 orang yang asalnya dari berbagai daerah di Soloraya.
Uniknya, dari seluruh anggota komunitasnya, semuanya tidak ada latar belakang di bidang kesehatan atau perawatan ODGJ. Dia mengaku anggotanya belajar secara autodidak dan sambil berjalan.
Seiring berjalannya waktu, komunitasnya semakin dikenal. Banyak kalangan keluarga tidak mampu yang memiliki anggota keluarga ODGJ memanfaatkan layanan mereka untuk berobat maupun kontrol ke RSJD Solo atau pun mencarikan panti.
Hal itu tentu membuat dia menemukan berbagai karakter ODGJ. Mulai dari yang agresif, tidak tertebak atau impulsif, atau bila beruntung menemukan ODGJ yang kooperatif.
Pernah di suatu waktu ketika dia menjemput ODGJ perempuan di salah satu wilayah, salah satu tangannya pernah digigit hingga berdarah. Lantaran ODGJ tersebut emosinya tiba-tiba berubah kemudian berontak dan mengamuk.
Bahkan hingga sekarang luka tersebut masih membekas. “Ya ini jujur pengalaman paling susah dilupakan. Karena bekas gigitan si ODGJ tersebut masih membekas. Tidak masalah malah jadi kenang-kenangan,” kelakar dia saat ditemui Esposin di rumahnya belum lama ini.
Selain digigit, dia mengaku juga pernah diludahi oleh ODGJ. Dan itu katanya tidak hanya terjadi sekali saja karena cukup sering ODGJ melampiaskan emosinya dengan cara seperti itu.
Tak hanya itu, komunitasnya juga pernah menerima laporan palsu yang masuk ke call centre. Jadi ketika komunitasnya datang ke lokasi pelapor ternyata si ODGJ tidak dalam kondisi mengamuk atau tidak sesuai dengan apa yang dilaporkan.
“Ada lagi kadang warga yang minta dijemput waktu petang atau malam biar tidak dilihat tetangga. Padahal di satu sisi si ODGJ harus ditangani atau saya harus segera nangani pasien lainnya,” kata dia.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta di Solo tersebut menyampaikan bahwa pasien ODGJ yang ia tangani punya penyebab yang beragam. Mulai dari putus cinta, gagal mempelajari suatu ilmu, mengalami perundungan, kecanduan main gim, dan juga faktor ekonomi.
Umumnya penyandang ODGJ yang ia temui adalah laki-laki usia dewasa. Dengan rentang usia di atas 28 tahun.
Dia menilai salah satu penyebab dari maraknya ODGJ adalah minimnya pendidikan kesehatan mental yang diterima seseorang saat masih sekolah. Sehingga saat dewasa ketika orang tersebut terkena masalah dia tidak punya bekal kejiwaan yang cukup.
Saat ini, kendala utama yang komunitasnya hadapi adalah belum memiliki armada ambulans. Padahal dia dan teman-temannya punya area kerja yang luas, se-Soloraya.
Mengatasi hal tersebut, dirinya memutuskan untuk meminjam mobil ambulans milik komunitas relawan-relawan lainnya. Di tengah keterbatasan yang ada, komunitasnya tetap berjalan maksimal dan tercatat sudah ada lebih dari 200 ODGJ yang berhasil ditolong oleh Komunitas Peduli ODGJ Soloraya.
"Apapun kendala yang kami hadapi, sesuai tagline kami kesembuhanmu adalah prioritasku, maka ya akan kita bantu mereka sebisa dan semaksimal kami," terang dia.
Dia berpesan kepada masyarakat untuk segera menghilangkan stigma buruk kepada ODGJ. ODGJ bukan aib melainkan penyakit yang bisa disembuhkan selama rutin melakukan pengobatan.
Termasuk kepada keluarga pasien ODGJ harus mau rutin melakukan kontrol atau pengobatan secara rutin. Pasalnya dia menemukan keluarga yang terlalu tergantung dengan relawan dan semangat mengobati pasien tersebut mengendur di tengah jalan.
“Kunci ODGJ itu bisa sembuh adalah di keluarga dan lingkungan yang suportif. Obat itu hanya penunjang,” kata dia.
Komunitas ini cukup sering membagikan aktivitasnya melalui akun sosial media Instagram @relawan_peduli_odgj_solopos. Dan bila ingin memanfaatkan layanan dan membantu kegiatan mereka bisa menghubungi call centre di 085642031805.