Esposin, KLATEN -- Sendang Bulus Jimbung berada di Dukuh Jimbung Guo, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Di lokasi tersebut sempat terdapat keberadaan bulus yang dikeramatkan.
Selama bertahun-tahun sendang itu dikenal dengan keberadaan dua bulus terkenal bernama Kiai Poleng dan Nyai Remeng. Konon, bulus itu jelmaan manusia.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Bulus Kiai Poleng memiliki warna belang dengan berlekuk seperti punggung manusia. Sementara, bulus Nyai Remeng berwarna abu-abu. Ukuran kedua bulus itu besar. Bulus itu kerap dinaiki anak-anak.
Kedua bulus yang pernah dikeramatkan itu sudah mati. Bulus Nyai Remeng dikuburkan di dekat sendang. Beberapa tahun berikutnya atau sekitar tahun 2009, bulus Kiai Poleng mati dan dilarung oleh Pemkab ke pantai selatan.
Penjaga Sendang Bulus Jimbung, Mashuri, 55, mengatakan Kedua bulus itu bersarang di gua di bawah pohon randu alas raksasa. Gua itu sekaligus menjadi penghubung antara Sendang Lanang dan Putri.
Baca Juga: Kantor Dinas Arpus Klaten Simpan Peninggalan Kuno, Ini Foto-Fotonya
“Dulu gua bisa digunakan untuk masuk orang dewasa dari sendang satu ke sendang lainnya. Setelah gempa [gempa bumi dahsyat pada 2006], mungkin tanahnya ambles sehingga sudah tidak bisa dilewati,” jelas dia, Jumat (27/5/2022).
Mashuri juga menjelaskan beberapa tahun ini muncul bulus di sendang tersebut. Dia memperkirakan bulus itu keturunan bulus Kiai Poleng dan Nyai Remeng.
“Ada sekitar tiga atau empat bulus. Tetapi, kalau keluar tidak bersamaan, satu-satu. Dari ukuran dan warnanya berbeda-beda. Bulus itu biasanya keluar saat pagi dan biasa diberi makan [kerupuk, gorengan, ketupat, dan lain-lain],” ujar dia.
Dari cerita tutur yang berkembang, dikisahkan ada seorang raja bernama Raden Jaka Patoha di Keraton Jimbung. Karena kewibaan dan ketampanan Raden Patoha membuat seorang putri bernama Ratu Keling jatuh cinta.
Baca Juga: Ternyata, Ada Sendang dan Terowongan Kuno di Kantor Dinas Arpus Klaten
Singkat cerita, Raden Patoha tak bisa menerima cinta Ratu Keling. Kemudian Ratu Keling mengutus abdinya, yakni Kiai Poleng dan Nyai Remeng untuk membujuk Raden Patoha menerima cinta sang putri.
Lantaran terus mendesak, Kiai Poleng dan Nyai Remeng disumpahi menjadi bulus oleh Raden Patoha. Tiba-tiba keduanya menjadi bulus.
Cerita legenda itu dibenarkan oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Jimbung, Slamet, saat ditemui di kantor Desa Jimbung, Jumat.
“Tongkat Raden Patoha kemudian ditancapkan di tanah dan menjadi pohon randu alas kemudian bawahnya keluar air menjadi tempat Kiai Poleng dan Nyai Remeng,” kata Slamet.