Esposin, KARANGANYAR – Asal Usul Dukuh Palur, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah tidak bisa lepas dari sosok Mbah Mbenggol.
Menurut cerita yang diperoleh Esposin dari Gito yang pada 2015 menjabat sebagai Ketua RT 004/ RW 003 Palur, Mbah Mbenggol adalah anak kepala dusun zaman dulu.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
“Cikal bakal Dukuh Palur itu dari Mbah Mbenggol. Anak kepala dusun zaman dulu. Kalau wilayahnya sekarang ya Desa Palur, Mojolaban, Sukoharjo itu,” kata Gito kepada Esposin, Jumat (25/3/2015).
Baca juga: Jaringan Listrik Hampir Siap, KRL Solo-Jogja Segera Jalan sampai Palur
Mbah Mbenggol mendapat kepercayaan mengelola pasar besar di wilayah bernama Ngentak. Wilayah itu diberi nama Ngentak karena lahannya luas. Sayangnya, tidak ada pepohonan di lokasi tersebut. Padahal, Mbah Mbenggol tinggal di seberang wilayah Ngentak.
Lokasi pasar itu, kata Gito, sekarang menjadi deretan rumah toko di tepi Jalan Raya Palur. Gino menggambarkan pasar itu luas. Saking luasnya, lokasi pasar itu sekarang berwujud jalan raya, bahkan menjadi jalan layang atau flyover.
Baca juga: Asal Usul Sejarah Palur, Bermula dari Gazebo di Pertigaan Jalan
Lalu, tambah Gito, Mbah Mbenggol mendidikan rumah di sebelah utara pasar. Sejumlah pedagang mengikuti jejak Mbah Mbenggol. Mbah Mbenggol membagi tanah dengan membuat petak-petak.
“Nah, rumahnya makin lama makin banyak. Wilayah yang dulu dipakai bangun rumah itu sekarang menjadi RT 005/RW 003 ini. Ada dua keturunan Mbah Mbenggol yang tinggal di RT 005. Dari generasi kedua dan ketiga,” cerita Gito.
Baca juga: Menikmati Mie Ayam Pak No Palur, Cekernya Bikin Ketagihan
Gazebo Parleur jadi Palur
Gito menyebut RT 005 sebagai induk Dukuh Palur. Lalu, dia bercerita bagaimana asal-usul salah satu dukuh di Desa Ngringo itu bernama Palur. “Cerita turun temurun. Dahulu di pertigaan jalan ada semacam gazebo. Orang asing nyebut itu parleur. Itu pertigaan yang dulu ada tugu Intanpari. Pernah dipakai untuk pos penjagaan, orang jual bensin, dan lain-lain,” tutur dia.Namun, lidah orang Indonesia mengucapkan kata parleur menjadi Palur. “Sampai sekarang jadi Palur ini. Nah, wilayah yang ditinggali Mbah Mbenggol dan pedagang pasar itu dikenal dengan Palur. Jadi, bisa dikatakan Mbah Mbenggol ini pendiri Dukuh Palur,” jelas dia.
Gino mengaku selalu menceritakan kisah turun temurun ini kepada warga saat memperingati HUT Republik Indonesia. Dia kembali mengingat keturunan Mbah Mbenggol.
Baca juga: Di Tangan Ibu RT Asal Palur Ini, Minyak Jelantah Bisa Jadi Cuan
Mbah Mbenggol, kata dia, kini sudah memiliki lima generasi. Warga sekitar memercayai makam Mbah Mbenggol berada di depan Pasar Palur, tepatnya di dekat parkir sepeda motor. Pohon asam menaungi makam milik Kepala Dusun Palur kali pertama.
“Kami tidak memiliki penanda khusus Dukuh Palur. Hanya ada punden Gus Bejo yang dipercayai sebagai orang kepercayaan Mbah Mbenggol selama menjadi kadus. Lalu nama Jalan Sidobejo yang kami yakini diambil dari nama Gus Bejo,” kata dia.