Aulia Siska, pada sesi akhir acara itu diminta menceritakan kisah hidupnya sebagai odapus. Ia pun berkisah tentang keberhasilanya menorehkan prestasi sebagai peraih juara II tingkat nasional Inspiring Woman Preneur Competition (IWPC) yang digelar Woman Preneur Community, April 2014 lalu.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Ketika ditemui wartawan di sela-sela acara, Aulia menceritakan dirinya mengikuti lomba itu karena ingin menunjukkan odapus juga bisa produktif. Hal itu telah ia buktikan dengan mengelola usaha aksesori, aktif menjadi mentor balai latihan kerja (BLK) di Lamongan, dan aktif dalam pemberdayaan dan memotivasi para odapus.
“Dari sekian banyak peserta yang mendaftar, tersaring 75 peserta terbaik. Dari peserta, hanya saya yang odapus,” katanya.
Aulia menceritakan, ia divonis terkena penyakit lupus sejak 3,5 tahun lalu. Awalnya, ia mengalami stres tinggi ketika bekerja sebagai operation officer di sebuah perusahaan swasta di Lamongan. Penyebabnya, Aulia kehilangan data yang sudah dihimpun sekian lama.
Akibatnya, Aulia harus mengumpulkan data lagi sehingga sering pulang kerja pukul 24.00 WIB. Hingga suatu hari, Aulia mengalami panas tinggi, nyeri sendi, gatal-gatal, mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
“Akhirnya saya menjalani serangkaian pemeriksaan hingga divonis terkena lupus,” katanya. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE), sebagaimana dijelaskan dokter spesialis penyakit dalam dari RSUD dr. Moewardi Solo Arief Nurudhin adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan radang multisistem akibat pengendapan kompleks imun yang tidak spesifik pada berbagai organ yang penyebabnya belum diketahui secara jelas.
Ketua Yayasan Tittari Solo, Winjani Prita Dewi, 23, mengungkapkan Aulia adalah contoh odapus yang memiliki semangat hidup tinggi. Meski penyakit lupus yang dideritanya sudah kompleks, ia justru bangkit dan memotivasi sesama sehingga menjadi manusia yang bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain.
“Saya kenal Mbak Aulia karena kita sama-sama aktif di komunitas odapus. Dia di Lamongan, saya di Solo,” jelasnya.
Aulia menceritakan ia mulai membuat aneka kerajinan sejak beberapa tahun lalu. Awalnya, anaknya hendak mengikuti fashion show, tetapi karena ketika akan menyewa pernik-pernik fashion show mahal, Aulia akhirnya membuat sendiri aneka aksesori itu. Karena bahannya banyak berlebih, ia gunakan untuk membuat aksesori lain, lalu ditawarkan untuk dijual.
Ternyata hasil kreativitas Aulia seperti bros, gelang, kalung, taplak meja dan lainnya, diminati pasaran. Pelan tapi pasti, usaha Aulia pun terus berkembang. Ketika mengikuti IWPC, Aulia menamai produknya dengan brand Adelia accessories. Harga asesoris buatan Aulia berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
“Saya sengaja membidik segmen pasar menengah ke atas agar keuntungan yang diperoleh lumayan. Oleh karena itu saya buat barang yang berkualitas dan dikemas secara apik,” ungkap Aulia yang kisah hidupnya dimuat dalam rubrik Lelakon di Koran O edisi Jumat (4/7/2014) ini.