Esposin, BOYOLALI -- Gandung Sutriyono sama sekali tak menyangka kehidupannya bakal berubah 180 derajat. Pemuda 35 tahun asal Kelurahan Kemiri, Mojosongo, Boyolali, ini semula adalah seorang juru parkir (jukir) di salah satu mal di Kota Solo sekitar 10 tahun silam.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Namun, takdir berkehendak lain. Ayah empat anak ini kini menjadi seorang pengusaha sukses setelah jungkir balik mengelola usaha kafe susu dan hiburan kreatif. "Saya dulu jadi jukir atas permintaan orang tua. Ayah kebetulan punya kenalan pengelola parkir mal di Solo, lalu saya diminta kerja jadi jukir di sana," kisah Gandung saat berbincang dengan Esposin di salah satu kedainya di Boyolali, akhir pekan lalu.
Kisah perjuangan Gandung dimulai 2005 silam, tepatnya selepas menamatkan kuliah di jurusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Merasa tak tertantang dengan pekerjaan jukir, Gandung kembali ke "habitatnya" sebagai seniman.
Ia membuka distro di Kota Susu hanya bermodal Rp5 juta pemberian orang tuanya. "Uang itu sangat berharga sekali. Saya harus membagi untuk sewa kios, beli etalase, kulakan baju, dan lain-lainnya," kenang suami Dwi Ary Lusiani ini.
Tanpa dinyana, distro Gandung berkembang pesat. Omzetnya melesat. Dia berhasil membuka cabang baru di sejumlah tempat. Delapan tahun distro Gandung bertengger di urutan teratas di Kota Susu.
Namun, badai menghantamnya bersamaan dengan lesunya industri distro di mana-mana. "Usaha saya ikut kolaps. Rumah orang tua saya harus terjual. Sedih rasanya," terangnya.
Gandung tak menyerah. Dalam keterpurukan itu, ia melakoni usaha apa saja untuk menghidupi anak dan istrinya. Ia pernah jualan es sari tebu di trotoar. Pernah juga jualan susu bubuk. "Namun, hanya bertahap dua tahunan," kenangnya.
Jatuh bangun dalam berwirausaha akhirnya membuat jiwa Gandung kian tangguh. Ia melihat ada celah banyak untuk membuka usaha kafe susu jus di tanah kelahirannya. Dengan mengusung nama The Milk, usaha kafe susu Gandung berkembang pesat di wilayah Soloraya hanya dalam tempo dua tahun.
Tak hanya itu, ide-ide kreatifnya terus melahirkan ceruk usaha baru yang mendulang kesuksesan. Antara lain usaha penyewaan rumah terbalik, rumah hantu, hingga kebun lampion. "Alhamdulillah usaha sekarang sudah mapan. Saya bisa membelikan rumah untuk orang tua, mengaryakan anak-anak muda sekitar 100 orang," paparnya.