SOLO--Kirab Malam 1 Sura telah digelar Rabu (14/11) malam hingga Kamis (15/11) dini hari di Solo. Dalam kegiatan itu sebanyak sembilan kerbau bule keturunan Kiai Slamet dikirab. Ribuan warga telah menyaksikan prosesi menjelang pergantian Tahun Baru Islam itu.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Sembilan pusaka pun diarak mengelilingi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Diperkirakan peserta kirab mencapai 7.000 orang, mulai dari kerabat Keraton, sentana, abdi dalem hingga petugas pengamanan.
Pengamanan melibatkan aparat polisi, tentara, Pramuka, resimen mahasiswa dari beberapa universitas di Solo dan Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT).
Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo, KP Eddy Wirabhumi menyatakan kirab itu dimaksudkan untuk introspeksi diri. Kerbau bule yang diarak sebagai simbol rakyat kecil harus diperhatikan dan dinomorsatukan nasibnya. Perjalanan kirab dari Keraton hingga Gladak lancar.
Namun ketika berada di Bundaran Gladak, kerbau keturunan Kiai Slamet mogok tidak mau meneruskan perjalanan dan berbalik kembali ke Keraton. Karena peristiwa itu, pembawa pusaka terpaksa membuka barisan untuk memberi jalan.
Srati mahesa atau pawang kerbau yang berjumlah lima orang dan dibantu abdi dalem berusaha membujuk kerbau kembali meneruskan perjalanan.
Akibat hal tersebut barisan sempat berhenti selama 15 menit dan akhirnya rombongan pembawa pusaka melanjutkan perjalanan. Ketika rombongan paling depan mencapai perempatan dekat Luwes Loji Wetan, kerbau bule kembali mau melanjutkan perjalanan.
Alhasil rombongan menunggu kerbau bule dan membuka barisan untuk memberikan jalan bagi sembilan kerbau. Eddy mengakui insiden ini baru kali pertama terjadi. ”Biasanya kerbau bule memang kadang suka bolak-balik tapi sampai sempat tidak mau melanjutkan perjalanan baru pertama kali ini terjadi. Ya semoga saja ini bukan pertanda buruk.”