Esposin, SRAGEN--Kalangan petani di Desa Brangkal, Kecamatan Gemolong, Sragen, ikut membudidayakan tanaman porang. Belakangan, tanaman porang menjadi salah satu komoditas yang digandrungi petani.
Suratno, seorang petani asal Desa Brangkal, Gemolong, sudah membudidayakan tanaman porang sejak September-Oktober 2020 lalu. Sementara ini, ia baru memberdayakan tanaman porang pada lahan seluas 4.000 meter persegi. Namun, masih ada dua petani lain yang membudidayakan porang pada lahan masing-masing seluas 1.000 meter persegi dan 3.000 meter persegi. Sehingga totalnya ada sekitar 8.000 meter persegi.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Kini, sebagian tanaman porang milik Suratno sudah memasuki masa panen. Namun, masih tingginya kadar air membuat harga jual porang turun jadi Rp8.700/kg. Pada musim kemarau, harga jual porang bisa mencapai Rp15.000/kg karena kadar air cukup rendah.
Baca juga: Terlilit Utang Judi, Warga Sidoharjo Sragen Nekat Maling Laptop hingga Burung
Suratno sudah berencana menambah luas lahan satu hektare untuk ditanami porang. Saat ini, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Brangkal itu menunggu datangnya bantuan bibit porang yang ia ajukan kepada pemerintah.
Menurut kabar, bantuan bibit porang itu dijadwal tiba pada Februari, akan tetapi hingga akhir Maret bantuan bibit itu belum juga datang.
Baca juga: Jos! 25 Pemuda Milenial di Sragen Terjun Jadi Petani Melon Eksklusif
“Satu hektare lahan bisa dipakai untuk membudidayakan 40.000 bibit. Rata-rata tanaman porang itu bisa dipanen dalan waktu 7-8 bulan tergantung tingkat kesuburan tanah,” jelas Suratno.