Esposin, SOLO--Kasus kematian ibu melahirkan di Solo, hingga pertengahan Agustus 2015 ditemukan sebanyak empat orang. Penyebab kematian tersebut mayoritas disebabkan ibu hamil berusia 35 tahun ke atas yang masuk kategori risiko tinggi.
Data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, angka kematian ibu (AKI) melahirkan pada 2013 lalu tercatat tiga kasus. Pencapaian tersebut membuat rangking AKI melahirkan di Solo menduduki peringkat 33 di Jawa Tengah. Pada 2014 lalu, AKI melahirkan melonjak lebih dari 100% menjadi tujuh kasus. Hal tersebut membuat rangking AKI melahirkan melonjak ke posisi 30 di Jawa Tengah.
Kabid Bina Kesehatan Masyarakat DKK Solo, Dwi Martyastuti, menerangkan salah satu penyebab AKI di Solo belum bisa mencapai nol karena masih banyak ibu hamil berisiko tinggi yang terlambat mendapatkan pertolongan penanganan persalinan.
“Kasus yang banyak ditemui, ibu hamil posisi usia masuk 35 tahun tiba-tiba datang dengan kondisi terlambat ke faskes [fasilitas kesehatan],” terangnya ketika berbincang dengan Esposin, Jumat (14/8/2015).
Padahal menurutnya, pemerintah telah menyediakan berbagai layanan penyuluhan bagi setiap ibu hamil lewat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta menggaungkan Gerakan Sayang Ibu.
“Penyuluhan di bawah [tingkat RT] bagi ibu hamil sudah digalakkan. Semestinya sebelum hamil, para calon ibu ikut penyuluhan. Setelah hamil, mereka akan di-screening bidan atau petugas puskesmas untuk mengetahui status kehamilan [normal, berisiko, atau gawat darurat]. Setelah dideteksi, persalinan akan diarahkan sesuai statusnya,” bebernya.
Selain disebabkan kurangnya kesadaran pribadi ibu hamil, Dwi menyebutkan faktor lain yang menyebabkan masih ditemuinya kasus kematian pada ibu melahirkan adalah belum adanya koordinasi dari penyedia layanan kesehatan pemerintah-swasta.