Esposin, BOYOLALI -- Puluhan bidang lahan milik warga Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, tak jadi dibebaskan untuk pembangunan jaur rel kereta api (KA) dari stasiun Balapan Solo menuju Bandara Adi Soemarmo. Hal itu karena rel KA tersebut akan dibangun melayang di atas permukaan tanah.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Kepala Desa Sawahan, Poniman, menyampaikan informasi itu seusai menerima sosialisasi pembangunan jalur KA bandara oleh pelaksana proyek dari Pemprov Jawa Tangah sepekan lalu. Menurut Poniman, penggunaan tiang pancang sehingga rel melayang menjadi pilihan terbaik dan minim risiko, salah satunya risiko pembebasan lahan.
"Betul. Sekitar sepekan lalu, informasinya memang begitu. Jalur kereta akan di atas permukaan tanah dengan memakai tiang pancang," jelasnya kepada Esposin, Minggu (26/11/2017). (Baca: Demi Kepentingan Warga, Jalur Rel KA Bandara Solo Dibuat Melayang)
Sebelumnya, pembangunan jalur KA bandara diwacanakan memakai lahan di sisi selatan tol Solo Kertosono (Soker). Risikonya akan ada banyak lahan milik warga yang harus dibebaskan.
Dengan adanya perubahan rencana itu, jelas Poniman, lahan-lahan yang semula direncanakan dibebaskan, dipastikan batal. "Tapi, tetap ada lahan yang harus dibebaskan. Namun, sebagian besar lahan batal dibebaskan karena adanya perubahan itu," terangnya.
Meski demikian, Poniman belum tahu lahan-lahan mana saja yang batal dibebaskan. Dia mengaku masih menanti informasi yang valid dari petugas pendata lapangan. (Baca: Warga Bantaran Rel KA Bandara Solo Berhak Dapat Santunan, Ini Dasar Hukumnya)
"Nanti, setelah dilakukan pengukuran akan diketahui mana saja lahan yang terkena pembebasan dan mana yang tak kena," terangnya.
Hal serupa disampaikan Kades Dibal, Budi Setyono. Perubahan rencana pembangunan jalur kereta, kata dia, juga ia dengar dari panitia pembangunan di lapangan. Namun, informasi secara resminya baru disampaikan kepada warga dalam dua pekan mendatang.
"Betul. Informasinya memang memakai tiang pancang. Jadi, jalur kereta ada di atas permukaan tanah," jelasnya.
Budi menjelaskan data sebelumnya menyebutkan bakal ada 101 bidang lahan dan bangunan di desanya yang bakal terkena proyek rel KA menuju bandara. Tanah dan bangunan itu berada di sepanjang sisi selatan tol Soker dalam radius 24 meter.
Warga pemilik lahan, bahkan mendapatkan surat edaran (SE) dari Pemkab Boyolali ihwal rel KA bandara. Dalam SE tersebut, lahan dan bangunan di sisi selatan tol Soker bakal dibebaskan, khususnya di radius 56 meter dari titik tengah tol.
"Hasilnya, ada 101 bidang lahan dan bangunan yang bakal terkena dampak proyek. Namun, data ini masih belum kami sosialisaikan kepada warga pemilik lahan dan bangunan," terangnya. (Baca: Warga Terdampak Rel KA Bandara Solo Minta Kompensasi Lahan Rp12 Juta/Meter Persegi)
Di Desa Sawahan sedikitnya juga ada 90-an lahan dan permukiman yang bakal tergusur jika jalur rel dibangun di selatan tol Soker. Lahan tergusur terbanyak berada di kompleks perumahan Permata di wilayah RT 007/ RW 010 berada di jarak yang mepet dengan tembok tol Soker.
Namun, dengan perubahan desain rel jadi melayang cukup membuat lega sebagian warga. "Padahal, saya sudah ancang-ancang mau kontrak rumah sementara sambil menanti ganti rugi. Ternyata jalur kereta memakai tiang pancang," jelas salah satu warga penghuni rumah di Desa Sawahan, Krisna.
Terkait hal ini, petugas Dinas Perhubungan Pemprov Jateng belum bisa dimintai keterangan lebih detail. Namun, salah satu petugas dari pembangunan tol Soker menyebutkan pilihan pemakaian tiang pancang itu untuk meminimalkan risiko dan mengejar waktu.
"Tak perlu pembebasan lahan yang lama dan pembangunan bisa cepat karena tak banyak pakai lahan uruk," ujar sumber yang enggan disebutkan namanya itu.