Esposin, SOLO – Bakal Calon Wali Kota Solo Rudy Indijarto Sugiharto memberikan perhatian lebih terhadap Keraton Kasunanan Surakarta yang kerap didera kabar miring dengan beragam kasus yang ada.
Konflik ini dimulai sejak Susuhunan Pakubuwono (PB) XII wafat pada Juni 2004 terus bergulir di Keraton Solo. Hal tersebut dikarenakan mendiang PB XII tidak menunjuk permaisuri maupun putra mahkota untuk melanjutkan takhtanya.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Kemudian, kedua anak PB XII saling klaim sebagai pemangku takhta. Pada 10 Juli 2004 ada rapat Forum Komunikasi Putra-Putri (FKPP) Pakubuwono XII menetapkan bahwa KGPH Hangabehi sebagai putra tertua PB XII yang berhak menjadi raja selanjutnya.
Namun, pada 31 Agustus 2004, Tedjowulan, anak PB XII dengan istri keduanya, Kanjeng Raden Ayu Retnodiningrum, diangkat sebagai Pakubuwono XII oleh beberapa pihak di Sasana Purnama, Badran, Kotabarat, yang merupakan rumah dari Mooryati Soedibyo. Kasus Keraton Solo pun mulai memanas ketika pada 10 September 2004 KGPH Hangabehi naik takhta sebagai Susuhunan Pakubuwono XIII.
Konflik Matahari kembar di Keraton Solo itu akhirnya membuat Tedjowulan resmi menanggalkan jabatannya sebagai PB XIII pada 2012. Meskipun begitu, konflik di lingkungan Keraton Solo terus terjadi hingga sekarang terutama antar pendukung mereka.
Sebagai Bakal Calon Wali Kota Solo, Rudy Indijarto Sugiharto pun siap mendamaikan kedua belah pihak yang menimbulkan kasus di Keraton Solo. "Saya akan mendamaikan konflik di keraton secepatnya. Saya juga akan melakukan komunikasi dan bimbingan ke masyarakat untuk menciptakan Kota Solo yang damai agar ekonomi Solo bisa bertumbuh dan berkembang," kata Rudy kepada Esposin, Selasa (6/8/2024).
Dia pun mengaku tidak akan melibatkan wali kota sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan di Keraton Solo. Rudy menyebut dia akan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan permasalah tersebut agar tercapai kedamaian di Keraton Solo.