SOLO--Sejumlah pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo mengaku kerap menjadi korban pemerasan oleh orang-orang yang mengaku aparat. Praktik pemerasan tersebut dilakukan dengan cara mencari sisi-sisi kelemahan dan ketaktahuan para pedagang dalam menjual berbagai jenis barang dagangannya.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Demikian mengemuka dalam bincang-bincang antara pedagang dengan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta di Pasar Klithikan Notoharjo, Jumat (13/4/2012). Salah satu pedagang, Agus Setiawan mengaku sudah berulangkali dipalak oleh orang-orang tertentu dengan membawa oknum aparat. Para pemeras itu, kata Agus, mendatangi kiosnya sambil menuduh bahwa barang dagangnnya adalah hasil kejahatan. Lantaran pemeras membawa orang berseragam aparat, Agus pun memilih mengalah dan membayar uang sebagai tebusan.
“Saya terus terang dirugikan. Kami tak tahu harus berbuat apa jika sudah berhadapan dengan masalah seperti ini. Padahal, itu barang saya beli dengan uang saya sendiri,” urainya dalam forum.
Keluhan Agus langsung ditanggapi Gusti Muhammad Hatta. Bahkan, Gusti dan juga Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo yang hadir dalam acara tersebut menjanjikan akan membentuk lembaga bantuan hukum (LBH) khusus pedagang Pasar Klitikan Notoharjo. Sebab, kat Rudy, tanpa adanya LBH maka pedagang akan terus dalam kecemasan. “Pedagang di sini rawan aksi pemerasan, karena barang jualan mereka banyak yang dari barang bekas sehingga kerap dicurigai hasil curian. Ini harus segera disikapi,” kata Rudy.
Selain pembentukan LHB, Gusti Muhammad Hatta juga mengingatkan agar pedagang mulai memahami dan mencermati keabsahan barang yang akan dijual. Caranya ialah dengan mencermati izin peredaran, standar, labelisasi, serta bukti jual beli.
“Jangan sampai pedagang tak tahu bahwa barang yang dijual itu ternyata selundupan, hasil curian, atau palsu. Nah, ini harus diwaspadai pedagang,” ujarnya.