Esposin, WONOGIRI -- PT Indonesia Power Mrica Power Generation Sub Unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri menghentikan sementara operasional PLTA di area Waduk Gajah Mungkur (WGM).
Hal itu lantaran elevasi atau tinggi muka air WGM berkurang akibat kemarau hingga tidak mampu memutar turbin PLTA. Asisten Manajer PT Indonesia Power Mrica Power Generation Sub Unit PLTA Wonogiri, Sugiyo, mengatakan PLTA Wonogiri tidak beroperasi sejak 3 Oktober 2023.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Penghentian operasi lantaran elevasi atau tinggi muka air WGM Wonogiri sudah di bawah 128 meter di atas permukaan laut (mdpl). Menurut dia, apabila PLTA tetap beroperasi ketika elevasi di bawah 128 mdpl, berisiko besar mengakibatkan kerusakan pada sistem pembangkit listrik.
Elevasi yang rendah memungkinkan sampah, kotoran, dan sedimentasi dari waduk bisa masuk ke intake turbin PLTA. “Ketika elevasi sudah di angka 128,00 mdpl, pengoperasian PLTA harus kami setop demi keamanan PLTA,” kata Sugiyo saat ditemui Esposin di Kantor PLTA Wonogiri, Jumat (20/10/2023).
Dia menjelaskan PLTA di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri memiliki dua unit pembangkit listrik. Masing-masing unit memproduksi listrik dengan kapasitas 6,2 mega Watt (MW). Sehingga total listrik yang diproduksi PLTA Wonogiri maksimal sebesar 12,4 MW.
Saat penghentian operasi karena elevasi WGM berkurang, kedua unit itu tidak diberhentikan bersamaan. Satu unit telah disetop beroperasi pada September 2023. Sedangkan satu unit lainnya baru diberhentikan sementara pada awal Oktober 2023.
Menurut Sugiyo, penghentian operasi sementara akibat elevasi WGM rendah itu sudah menjadi pola tahunan. Biasanya penghentian sementara PLTA berlangsung selama lebih kurang satu bulan.
Tidak Mengganggu Pasokan Listrik
“Tetapi tahun ini, dengan adanya El Nino, kemarau panjang, kemungkinan operasi PLTA berhenti selama dua bulan. Yang mengatur ini PJT I [Perum Jasa Tirta]. Kami tinggal mengikuti saja,” ujar dia.
Sugiyo menyampaikan meski PLTA Waduk Gajah Mungkur Wonogiri berhenti operasi sementara, tidak berarti pelayanan listrik untuk warga di Wonogiri dan sekitarnya terganggu. Mereka tetap bisa menggunakan listrik seperti biasa.
Listrik yang dihasilkan PLTA Wonogiri terkoneksi dengan jaringan listrik Jawa-Bali. “Jadi kalau di sini tidak beroperasi, masih bisa disuplai dari pembangkit listrik lain se Jawa-Bali. Lagi pula listrik yang dihasilkan PLTA Wonogiri itu tidak langsung didistribusikan ke rumah-rumah, melainkan ke gardu induk terlebih dahulu,” jelas Sugiyo.
Dia melanjutkan kendati PLTA Wonogiri berhenti sementara, perawatan mesin produksi tetap terus dilakukan. Perawatan itu berupa predictive maintenance dan preventive maintencace.
Predictive maintenance bertujuan mengantisipasi kegagalan mesin sebelum kerusakan terjadi. Antisipasi itu dilakukan dengan cara mengeliminasi gangguan pada mesin produksi.
Sedangkan preventive maintencace adalah pemeliharaan rutin terhadap seluruh mesin produksi. Termasuk memastikan semua mesin dalam sistem pembangkit listrik di PLTA Waduk Gajah Mungkur Wonogiri bekerja dengan semestinya tanpa gangguan.
“Pemeliharaan itu dilakukan setiap hari, jadi jika sewaktu-waktu PLTA beroperasi, semua mesin produksi sudah siap,” ujar dia.
Sementara itu, berdasarkan data real time Balai Besar Wilayah Sungai Bengawaan Solo pada laman hidrologi.bbws-bssolo.net, tinggi muka air bendungan WGM Wonogiri pada Jumat (20/10/2023) tercatat 126,46 mdpl. Tinggi muka air setinggi itu jauh di bawah level siaga hijau, yaitu 135.3 mdpl.
Produksi Air PDAM Wonogiri
Rendahnya elevasi WGM itu juga berdampak pada produksi air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Giri Tirta Sari Wonogiri. Direktur PDAM Wonogiri, Sumarjo, mengatakan terpaksa membendung Sungai Bengawan Solo lantaran debit air di sungai itu sudah mencapai 5 meter kubik per detik.
Debit sebesar itu tidak bisa mengalirkan air ke intake instalasi produksi air minum PDAM Wonogiri. “Makanya kami bendung biar air bisa mengalir ke intake. Biasanya debit Sungai Bengawan Solo untuk bisa masuk ke intake itu sekitar 30 m3/detik,” kata Sumarjo.
Pembendungan itu, sambung dia, sudah dilakukan sejak Senin (16/10/2023). Meski sudah dibendung, produksi air baku di PDAM Wonogiri tetap berkurang.
Pada saat keadaan normal PDAM Wonogiri bisa memproduksi air baku yang bersumber dari Waduk Gajah Mungkur sebanyak 80 liter/detik. Saat ini hanya bisa menghasilkan 65 liter/detik.
Dengan kondisi itu pendistribusian air ke pelanggan di Kecamatan Wonogiri dan Selogiri menjadi berkurang, tetapi tidak sampai berhenti. “Misalnya yang biasanya air yang keluar dari keran di rumah itu deras, kini jadi berkurang deras,” kata Sumarjo.
Menurut dia, situasi seperti itu tidak terlalu berdampak banyak jika rumah pelanggan memiliki penampungan air atau tandon. Sayangnya, sebagian pelanggan PDAM Wonogiri tidak memiliki tandon di rumah sehingga mereka terganggu karena air yang mengalir ke rumah mereka tidak sebesar biasanya.
Maka dari itu, dia menyarankan pelanggan PDAM Wonogiri menyediakan penampungan air di rumah masing-masing. Pembendungan sungai Bengawan Solo agar PDAM tetap beroperasi ini bukan kali pertama.
Tetapi tidak juga dilakukan setiap tahun. “Terakhir kami melakukan pembendungan itu pada 2019. Tiga tahun terakhir kan kemaraunya tidak panjang ya. Bahkan hanya kemarau basah,” kata dia.