Esposin, BOYOLALI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mencatat belum ada permintaan bantuan air bersih dari warga di daerah rawan kekeringan pada musim kemarau 2024 ini. Hal itu diduga karena musim kemarau ini tergolong basah dan masih kerap turun hujan.
Kepala BPBD Boyolali, Suratno, menyampaikan berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemarau di Boyolali relatif basah. Kemarau di Boyolali dimulai sejak Mei dan diperkirakan mencapai puncaknya pada Juli dan berakhir pada September 2024.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
“Artinya bisa saja terjadi hujan selama musim kemarau, akan tetapi curah hujannya rendah. Namun, tetap ada kewaspadaan terkait situasi hujan yang cukup ekstrem,” kata dia ketika dihubungi wartawan, Senin (8/7/2024).
Walau di Boyolali terjadi kemarau basah, ia mengatakan BPBD Boyolali tetap mewaspadai adanya potensi krisis air. Hingga awal Juli 2024 ini, Ratno mengatakan belum ada permohonan bantuan air bersih dari daerah-daerah langganan kekeringan.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk menampung air ketika turun hujan pada musim kemarau. Ia juga meminta daerah yang mengalami hujan lebat dan rentan bencana tanah longsor untuk tetap waspada dan siap siaga.
“Termasuk adanya potensi saluran air tersumbat oleh sampah yang cenderung lebih cepat terkumpul saat kemarau. Jaga juga kebersihan lingkungan seperti memelihara jalur drainase atau aliran air dari selokan,” jelas dia.
Selama musim kemarau, ia meminta masyarakat mewaspadai adanya bencana kebakaran rumah, hutan, dan lahan. Masyarakat diminta memastikan api padam ketika hendak meninggalkan aktivitas pembakaran di mana pun berada.
“Harapannya dengan musim kemarau yang relatif basah ini dampak kekeringan yang akan berpengaruh di bidang sosial ekonomi khususnya di bidang pertanian dapat lebih dikendalikan dan muaranya kebutuhan serta ketahanan pangan tetap terjaga,” kata dia.
Sementara itu, warga Dukuh Ngasinan, Desa Garangan, Kecamatan Wonosamodro, Syaifudin Zuhri, mengatakan hingga Juli 2024 stok air bersih di tempatnya masih aman. Ia mengatakan beberapa kali tempatnya masih dilanda hujan walau jarang.
Sumur-sumur warga juga menurutnya masih terisi air sehingga belum membutuhkan bantuan air bersih. Namun, Zuhri berharap ada solusi permanen untuk Desa Garangan agar tidak terjadi kekeringan nantinya.
“Biasanya bulan-bulan ini sudah masuk kemarau panjang, tapi ini kondisi aman. Tahun lalu, Mei kami sudah cari-cari bantuan air bersih,” kata dia.