Esposin, SRAGEN – Pemkab Sragen mengaku dilema menyikapi melonjaknya permintaan elpiji 3 kilogram (kg) dan berimbas pada kelangkaan lantaran banyak tersedot ke sektor pertanian.
Di satu sisi, secara aturan penggunaan elpiji tak diperuntukkan sebagai energi pengganti bahan bakar minyak (BBM) melalui modifikasi pompa irigasi.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Pada sisi lain, banyak petani yang mulai menggunakan pompa modifikasi berbahan bakar elpiji yang menjadi satu-satunya andalan untuk irigasi lahan pertanian saat kemarau.
Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto, menegaskan modifikasi pompa irigasi merupakan inisiatif para petani. “Mereka utak-atik sendiri teknologi yang digunakan pada pertanian. Ternyata lebih hemat menggunakan elpiji yang sebelumnya tidak terpikirkan,” urai dia kepada
Terkait kondisi tersebut, Tatag menjelaskan pihaknya sudah melakukan pengajuan penambahan pasokan elpiji 3 kg ke Pertamina.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen, Nonok Sudjiyono, menegaskan sebagian besar pasokan elpiji 3 kg yang disubsidi pemerintah beberapa waktu terakhir tersedot ke sektor pertanian sebagai sumber energi pompa irigasi.
Hal itulah yang menyebabkan kelangkaan elpiji bersubsidi di sejumlah wilayah di Sragen seperti di Kecamatan Tanon.
“Kami akan menggelar rapat di antaranya bersama sembilan agen serta dari sisi pertanian untuk menyikapi kondisi ini,” terang dia.
Dia menjelaskan sesuai aturan, penggunaan elpiji bersubsidi tak diperuntukkan sebagai sumber energi menghidupkan pompa irigasi. Terlebih, modifikasi pompa irigasi tersebut cukup berbahaya lantaran berisiko mudah meledak.
“Secara aturan ya elpiji bersubsidi itu hanya digunakan untuk rumah tangga dan UMKM. Bukan untuk pertanian,” urai dia.