Esposin, SRAGEN — Musim kemarau mengakibatkan lima dari tujuh waduk yang tersebar di Bumi Sukowati mengering. Akibatnya, pengairan 4.866 hektare sawah di wilayah setempat terganggu.
Promosi Didukung BRI, Usaha Pisang Sale Mades di Parigi Sulteng Makin Berkembang
Informasi yang dihimpun Sementara, waduk yang kering meliputi Waduk Gebyar dan Waduk Blimbing di Sambirejo, Waduk Botok dan Waduk Gembong di Karangmalang serta Waduk Brambang di Kedawaung. Kepala Bidang Pengairan Pertambangan dan Energi, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen, Subagiyono, mengatakan keringnya waduk-waduk di Sragen pada musim kemarau merupakan keniscayaan yang sudah biasa terjadi dari tahun ke tahun.
“Pada Juli-September kemungkinan menjadi puncak kemarau. Sebaiknya petani beralih menanam palawija. Biar bagaimana pun, palawija lebih sedikit membutuhkan pasokan air dibandingkan tanaman padi,” kata Subagiyono kepada Subagiyono mengakui sebagian petani di lahan tadah hujan tidak memungkinkan menanam palawija. Pembangunan embung air diharapkan bisa membantu kalangan petani tadah hujan yang tersebar di Sragen.
Wardi Utomo, 61, petani asal Dusun Babadan, Desa Wonorejo, Kedawung, mengatakan lahan pertanian miliknya tidak mendapat pasokan air selama musim kemarau ini. Saluran irigasi yang berada tak jauh dari lahan itu ikut mengering lantaran tidak teraliri air dari Waduk Brambang. “Lokasi Waduk Brambang itu cukup jauh dari sini. Kalaupun masih ada air, paling alirannya tidak sampai ke sini,” ucapnya.