Esposin, KLATEN – Pemerintah Kabupaten Klaten mewacanakan sejumlah desa di Kecamatan Bayat dan Wedi menjadi kawasan wisata taman bumi alias geopark. Ini karena sejumlah desa tersebut memiliki potensi batuan dan fosil langka.
Di Kecamatan Bayat, desa yang memiliki potensi tersebut yakni Tawangrejo, Gununggajah, Talang, Jarum, Paseban, Krakitan, Kebon. Sementara di Wedi adalah Desa Wungkal.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Pada Juni lalu, ada peninjauan dari Dinas ESDM Jawa Tengah dan Kementerian ESDM ke kawasan yang memiliki potensi batuan purba dan langka itu. "Dari hasil tinjauan itu memang layak untuk diusulkan menjadi geoheritage. Ada 11 sampai 12 tempat yang layak untuk diusulkan. Akhirnya kami berproses dengan membuat kajian dan usulan," kata Kasubid Penelitian dan Pengembangan Bappeda Klaten, Sri Nuryani, Rabu (25/11/2020).
Santri Ponpes di Klaten Utara Dipulangkan, Diduga Gegara Pimpinan Ponpes Positif Covid-19
"Tahun ini kami targetkan bisa mendapatkan penetapan geoheritage, tahun depan kami usulkan agar mendapatkan SK penetapan geopark," jelas Nur.
Batuan Langka
Usulan itu disampaikan lantaran nilai kelangkaan batuan purba yang ada di perbukitan wilayah Bayat dan Wedi. Selama ini, kawasan perbukitan itu menjadi tempat penelitian hampir semua universitas yang memiliki fakultas Geologi. Para peneliti dari berbagai universitas dalam negeri hingga luar negeri pernah datang meneliti kandungan batuan purba di Bayat Dan Wedi. Bahkan, UGM memiliki kampus lapangan di kawasan tersebut.Biar Pendapatan Naik, Peternak Perkutut Ramai Timba Ilmu di Tulung Klaten
Nur juga sudah menggelar sosialisasi kepada pemerintah desa dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) soal usulan geoheritage itu. "Kami sekaligus mengenalkan potensi batuan di sana. Ketika diajukan menjadi geoheriitage, kawasan itu perlu dilindungi. Harapannya, kepala desa dan BPD yang kami undang bisa meneruskan ke masyarakat yang pekarangannya ada batuan langka agar tetap dibiarkan kondisi alaminya. Tidak perlu diubah-ubah," ungkap dia.Kepala Bappeda Klaten, Sunarna, mengatakan pengembangan geopark sebagai destinasi pariwisata untuk mendorong upaya konservasi keragaman geologi, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya. “Pengembangan itu juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah melalui upaya pemberdayaan masyarakat,” jelas Sunarna.
Laboratorium Lapangan Geologi
Penjabat sementara (Pjs) Bupati Klaten, Sujarwanto Dwiatmoko, dalam paparannya yang diterima Esposin dari Bappeda Klaten, menerangkan Bayat memiliki luas 39,43 km persegi dengan jumlah penduduk 64.907 jiwa. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan pengunungan selatan atau Kabupaten Gunungkidul, DIY.Asyik! Pemohon Informasi di Klaten, Pulang Bawa Merchandise
Terdapat batuan tertua di Jawa di wilayah Bayat berupa metamorf berumur 98 juta tahun. Hanya ada tiga lokasi serupa di Pulau Jawa yakni di Bayat, Karangsambung, dan Ciletuh (Jawa Barat). Bayat memiliki beberapa fosil organisme dan aktivitas magmatis tua di Pulau Jawa. Dengan keragaman dan keunikan geologinya, Bayat biasa disebut sebagai laboratorium lapangan Geologi.Dengan keragaman dan keunikan geologinya, Bayat layak diusulkan untuk ditetapkan sebagai sumberdaya warisan geologi sesuai Permen ESDM No 1/2020 tentang Pedoman Penetapan Warisan Geologi. Dalam rangka konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan, warisan geologi Bayat perlu di usulkan untuk ditetapkan sebagai Taman Bumi (Geopark), sesuai Perpres No 9/2019 tentang Taman Bumi (Geopark).
Ada 13 lokasi (geosite) yang sudah disurvei bersama tim dari Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian ESDM, yang siap untuk di usulkan menjadi geoheritage. Persiapan penyusunan Rencana Induk Geopark dimulai akhir tahun 2020 ini beker jasama dengan Kampus Geologi UGM sebagai syarat pengusulan Geopark pada Kementerian ESDM.