Jumlah pasien RS di Sragen anjlok disinyalir karena warga takut ke RS atau menahan sakit supaya tidak masuk RS. Selain itu juga karena pembatasan pelayanan di RS.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, yang juga salah satu pemilik RSI Amal Sehat Sragen saat berkunjung ke Mojodoyong, Kedawung, Sragen, Selasa (28/4/2020), RS sepi. Menurutnya RS sekarang tidak ada isinya karena orang takut.
“Seperti di RSI Amal Sehat dalam sepekan terakhir hanya ada 10-20 pasien padahal biasanya banyak. Warga tidak berani ke RS sehingga menjadi sepi. Orang takut sakit tetapi ditahan,” ujarnya.
Direktur RSUD dr Soeratno Gemolong, Sragen, dr Agus Trijono, pun saat dihubungi Esposin, Rabu (29/4/2020), menyampaikan secara umum terjadi penurunan jumlah pasien hampir 50%.
Resep Semur Ayam Kecap Spesial untuk Sahur
Pasien RS Sragen Turun
Dia menduga turunnya jumlah pasien itu sebagai dampak wabah virus corona. Dia menjelaskan pasien rawat jalan mengalami penurunan mulai April 2020.“Biasanya per bulan sampai 4.000-an orang selama sebulan terakhir tinggal 2.100-an orang pasien. Demikian halnya dengan rawat inap yang biasanya sampai 80-an orang per hari. Sekarang turun menjadi 35-40 orang per hari,” ujarnya.
Agus melihat turunnya jumlah pasien di RS Sragen tersebut disebabkan beberapa faktor, seperti wabah Covid-19 dan mungkin adanya pembatasan pelayanan. Dia menjelaskan selama krisis Covid-19, RSUD Sragen mengedukasi pasien, keluarga, serta pengunjung untuk menjaga situasi kondusif.
“Misalnya, kami melakukan pembatasan jumlah dan jam kunjungan pasien rawat jalan, memberlakukan pemakaian masker bagi semua pasien dan pengantarnya. Sampai pada pembatasan jumlah pendamping pasien rawat inap yang tidak boleh besuk tetapi hanya ditunggui maksimal dua orang untuk meminimalisasi risiko penularan,” jelasnya.
Janda Tua Sebatang Kara di Sragen Dapat Sembako dari Dinsos
Dia mengatakan situasi seperti itulah yang kemungkinan menyebabkan pasien lebih selektif berobat ke RS. Dia menilai mereka tidak akan berobat atau periksa ke RS kalau tidak mendesak sekali sakitnya.
Kondisi serupa juga terjadi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Wakil Direktur Pelayanan RSUD Sragen, dr. Joko Haryono, menyampaikan penurunan jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan hampir sama, yakni sekitar 50%. Dia menyebut jumlah pasien rawat inap yang biasanya 290 orang menjadi 138 orang per hari ini.
“Faktornya yak arena hanya pasien-pasien emergency saja yang kami terima. Artinya, ada pembatasan pelayanan. Kebijakan pembatasan itu dilakukan mulai 20 April lalu,” jelasnya.
Cerita Perantau Dikarantina Di Grha Wisata Solo: Sing Jelas Diopeni, Makan Sehari Bisa 4 Kali