by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Jumat, 27 September 2024 - 09:58 WIB
Esposin, SRAGEN—Kasus kekerasan dengan senjata tajam yang menimpa seorang imam Masjid Al Hidayah, Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Sragen, pada 19 September 2024 lalu menjadi perhatian warga Sragen.
Pelaku ternyata orang dekat korban dan diduga mengalami gangguan kejiwaan hingga kini masih dalam masa observasi di RSJD Solo.
Kasus seorang ibu di Jenar, Sragen, yang melahirkan sendiri hingga akhirnya bayinya meninggal dunia pun akhirnya juga membikin aparat Polres Sragen angkat tangan karena si ibu ternyata mengalami gangguan kejiwaan berdasarkan hasil observasi di RSJD Solo.
Perhatian terhadap ODGJ menjadi penting supaya kasus-kasus seperti di Plupuh dan Jenar tidak terulang lagi.
Perhatian terhadap ODGJ menjadi penting supaya kasus-kasus seperti di Plupuh dan Jenar tidak terulang lagi.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen mengungkap jumlah ODGJ di Sragen yang terlayani di 25 puskesmas mencapai 1.748 orang. Cakupan ODGJ yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut belum mencapai 100%.
“Penanganan ODGJ itu bagian dari standar pelayanan minimal (SPM) yang dimiliki Dinkes. Selama ini ketika menangani ODGJ berat maka dirujuk ke RSJD Solo karena di Sragen belum ada rumah sakit jiwa sendiri. Kalau Sragen memiliki rumah sakit yang melayani pasien ODGJ maka pelayanan kesehatannya akan lebih optimal,” jelas Kepala Dinkes Sragen, Udayanti Proborini, kepada Esposin, Jumat (27/9/2024).
Sehingga ketika ada temuan ODGJ segera langsung ada tindakan dari tim tersebut.
“Tindakannya dengan pengobatan, penampingan, di tingkat desa. Harapannya di Sragen jangan lagi ada ODGJ yang dipasung atau zero pasung. Penanganan kesehatan ODGJ ini mendapatkan prioritas jaminan kesehatan nasional [JKN],” ujarnya.
RSSP Buka Bangsal Jiwa
Data ODGJ di Sragen yang cukup banyak dan mayoritas dirujuk ke RSJD Solo maka manajemen RSUD dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) Sragen membuka bangsal jiwa untuk pelayanan kesehatan ODGJ pada tahun ini.
Direktur RSSP Sragen Joko Haryono saat berbincang dengan Esposin, baru-baru ini, menyampaikan ada 20 tempat tidur disiapkan di bangsal jiwa yang menempati eks-bangsal mawar.
Ada dua ruangan disiapkan dengan pengamanan teralis besi stainless di seluruh jendela dan pintu. Akses masuk ke bangsal itu disiapkan pintu besi rangkap.
“Dua bangsal itu untuk pasien laki-laki sendiri dan pasien perempuan sendiri. Sekarang kami baru melakukan rekrutmen sumber daya manusia [SDM]-nya,” jelas Joko.
Wakil Direktur Pelayanan dan Mutu RSSP Sragen Haris Almacca menjelaskan bangsal jiwa ini dibuka untuk menjawab kebutuhan pasien ODGJ di Sragen yang cukup banyak.
Dia menjelaskan ODGJ itu membutuhkan perawatan dan pengobatan supaya kembali normal. Dia menyebut ODGJ yang tidak ditangani dengan baik akan mengalami gaduh gelisah secara psikologis.
“Nah, dengan bangsal jiwa ini ODGJ dapat ditangani supaya tidak mengalami gaduh gelisah. Kalau dulu sampai ada yang dipasung dan seterusnya. Belakangan juga banyak yang dirujuk ke RSJD Solo karena di Sragen belum ada rumah sakit yang bisa melakukan rawat inap untuk pasien gangguan jiwa,” jelasnya.
Dia menyampaikan proses rekrutmen SDM sudah berjalan. Dia mengatakan kebutuhan SDM tidak sembarangan tetapi memang harus memiliki keahlian khusus.
“Kebutuhannya 9-10 orang pegawai yang nantinya statusnya pegawai BLUD [Badan Layanan Umum Daerah]. Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terkait dengan pembukaan bangsal jiwa ini. Ke depannya diharapkan ada peraturan bupati (perbup),” ujarnya.
Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat di 25 Puskesmas di Kabupaten Sragen:
Total : 1.748 orang