“Pak Gembus, dipun priksa rumiyin nggih.”
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
“O… nggih mangga-mangga, Mbak Suster,” kata Koplo mempersilakan dengan sopan sambil menghentikan obrolannya dengan Gembus.
Selang beberapa saat Suster Lady Cempluk pun selesai memeriksa Tom Gembus. Sebelum pergi, Lady Cempluk pun berpesan kepada Koplo.
“Pak, sebelum pulang nanti saya persilakan cuci tangan dahulu di sebelah sana,” kata Suster Cempluk sembari menunjuk ke suatu tempat.
“Inggih,” jawab Koplo dengan semangat.
Ngobrol ngalor-ngidul pun berlanjut, hingga tak terasa tibalah saatnya Jon Koplo berpamitan kepada Tom Gembus. Jon Koplo pun teringat pesan Suster Cempluk. Tapi setelah melihat tempat cuci tangan yang ditunjukkan oleh Cempluk, Koplo pun menjadi ragu-ragu lantaran tempat tersebut sepertinya tidak cocok untuk cuci tangan. Untuk bertanya kepada Tom Gembus tidak memungkinkan, karena menurut pendapat Koplo, pengetahuan Gembus pastilah tidak jauh beda dibandingkan dirinya.
Akhirnya Koplo pun berinisiatif untuk mencari Suster Cempluk. Dengan pede-nya dia bertanya kepada Cempluk.
“Mbak Suster, kala wau kula dipun dhawuhi wisuh tangan wonten mrika, hla napa mangke mboten mbleber toyanipun?” tanya Koplo dengan lugunya.
Tanpa menjawab pertanyaan Jon Koplo, dengan singkat Cempluk berkata, “Mangga kula dherekaken, Pak.”
Jon Koplo pun mengikuti langkah Cempluk menuju ke tempat cuci tangan. Setelah tiba di tempat yang dituju Cempluk pun menjelaskan.
“Bapak, cuci tangan di sini menggunakan alkohol, bukan air, jadi Bapak tidak usah khawatir kalau airnya akan tumpah dan meluber. Ini untuk menjaga agar Bapak tidak membawa kuman-kuman penyakit sepulang dari rumah sakit ini,” kata Lady Cempluk. Tak hanya itu, Lady Cempluk juga memeragakan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Sadar bahwa dia keliru menerka sekaligus nutupi isin, Koplo hanya bisa berkata, “Ooo… begitu ta….”
Kiriman Ninik Noer Basuki, Cemani RT 007/RW 013, Cemani, Grogol, Sukoharjo.