Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Menurut Katino, volume jembatan dengan panjang 12 meter, lebar 6 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Lebih lanjut dijelaskannya, kerusakan jembatan belum parah saat diterjang air bah pada 2009. “Jembatan dibangun secara swadaya murni warga pada 1990 dan belum pernah direhab. Kerusakan jembatan awalnya tidak begitu parah. Saat itu, diestimasi kebutuhan dana senilai Rp 125 juta namun seiring pergantian tahun dan musim hujan kerusakan semakin parah dan memutus separuh jembatan. Anggaran pun membeludak senilai Rp 200 juta hingga Rp 250 juta.”
Ditambahkan oleh Supriyono, warga sengaja membuat jembatan sesek agar bisa dimanfaatkan oleh anak sekolah. “Banyak warga Widoro yang bersekolah di seberang jembatan (SMPN 3 Sidoharjo) sehingga warga berinisiatif membangun jembatan sesek. Harapannya, jembatan sesek bisa dipergunakan pejalan kaki ataupun pengendara motor sebab jika harus menggunakan jalan alternatif cukup jauh. Selisih jarak jika melintas Desa Kebonagung sekitar 7 km,” jelasnya.
Berdasar pengamatan Espos di lokasi, praktis kendaraan roda empat tidak bisa melintas di ruas jalur tersebut. Lapisan tanah di atas jembatan hanya tersisa sekitar 50 cm sementara jembatan sesek selebar satu meter. Lubang menganganga cukup besar terkihat di sisi timur jembatan. Karenanya jembatan itu tidak bisa dipakai untuk bersimpangan.
Camat Sidoharjo, Supardi berharap jembatan tersebut segera diperbaik agar arus transportasi ekonomi di dua desa bisa pulih. Mantan Camat Manyaran ini menyebutkan aliran air dari Kali Clerek yang mengalir di bawah jembatan bermuara di Sungai Keduwang dan mengisi Waduk Gajah Mungkur (WGM). “Kami pun sudah dua kali mengusulkan perbaikan jembatan. Semestinya kerusakan akibat bencana alam mendapat prioritas namun kenyataannya sudah dua tahun belum ditangani. Kasihan anak sekolah,” katanya.
tus