Hari, 40, warga Desa Kadirejo, menjelaskan sebelum jembatan ambrol di wilayah tersebut memang terjadi hujan cukup lama dengan intensitas deras. Akibatnya, air di sungai yang mengalir di bawah jembatan meninggi hingga mencapai permukaan jembatan. “Jembatan jadi rapuh dan akhirnya ambrol,” ungkapnya saat ditemui wartawan, Rabu (18/1/2012), di sekitar jembatan.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Pria yang bekerja sebagai buruh tani tersebut terpaksa harus memutar saat hendak menggarap lahan persawahan di wilayah Desa Karanganom. “Saya harus melalui jalan lain yang memakan waktu sekitar 25 menit. biasanya untuk menuju lahan persawahan garapan saya cuma membutuhkan waktu 15 menit naik sepeda,” tuturnya.
Putusnya jembatan terjadi menjelang tengah malam akhir pekan lalu. Jembatan putus lantaran selama dua hari sebelumnya terjadi hujan deras. Sisi jembatan yang tergerus air mengakibatkan jembatan rapuh dan ambrol. Beruntung, dari kejadian tersebut tidak ada korban jiwa.
Camat Karanganom, Herlambang Joko Santoso, menjelaskan jembatan tersebut dibangun sudah sangat lama. Selain itu, tidak adanya beton penguat menyebabkan jembatan rapuh. “Usia jembatan yang sudah lama karena ini peninggalan zaman Belanda dan belum pernah direhab,” katanya.
Dijelaskan Herlambang, untuk menuju kecamatan, warga harus memutar hingga dua kali lipat. “Warga Kadirejo memutarnya paling cepat enam kilometer. Sementara jika memutar lewat timur maka sepanjang 10 kilometer. Padahal akses jalan sebelum ambrol adalah tiga kilometer,” ucapnya. Ditambahkan Herlambang, jembatan memiliki fungsi sangat besar bagi masyarakat sekitar. Selain untuk menuju ke kecamatan juga dimanfaatkan warga untuk akses perekonomian. “Selain untuk akses perekonomian juga digunakan oleh warga menuju ke sekolah-sekolah, seperti di SMPN 1 Karanganom dan SMAN 1 Karanganom,” katanya.
Lebih lanjut, Herlambang menjelaskan pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut kepada instansi terkait. “Saya sudah melaporkan ke Kesbangpolinmas karena ini termasuk bencana. Selain itu kepada DPU, Bappeda, serta ke dewan, dan sudah ada tinjauan dari petugas DPU. Warga tiga desa juga berencana akan membuat jembatan sesek untuk akses sementara. Kami berharap segera ada tindak lanjut dari instansi terkait,” paparnya.
JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso