Esposin, SUKOHARJO–Pemkab Sukoharjo segera merealisasikan pembangunan jembatan penghubung dua desa yaitu Desa Jatingarang-Desa Karanganyar, Kecamatan Weru. Pagu anggaran pembangunan jembatan permanen itu senilai Rp2,5 miliar.
Pantauan Esposin di laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sukoharjo, Selasa (14/5/2024), pagu anggaran pembangunan jembatan penghubung Desa Jatingarang-Desa Karanganyar senilai Rp2,5 miliar. Pengguna anggaran proyek ini yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR).
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Proses lelang pembangunan jembatan diikuti sebanyak 53 peserta. Saat ini, proses lelang pembangunan jembatan dalam tahap evaluasi administrasi, kualifikasi, teknis, dan harga. Penetapan pemenang lelang diumumkan pada 15 Mei. Kemudian, masa sanggah mulai 16 -20 Mei.
Apabila tak ada sanggahan maka proses lelang pengerjaan jembatan penghubung dua desa di Sukoharjo ini dilanjutkan dengan penerbitan surat penunjukan penyedia barang/jasa pada 21 Mei. Sedangkan, penandatanganan kontrak antara pemenang lelang dan pengguna anggaran direncanakan pada 22 Mei. “Pembangunan jembatan Jatingarang-Karanganyar di wilayah Weru masih dalam proses lelang barang dan jasa,” kata Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Sukoharjo, Sriyadi, Selasa (14/5/2024).
Berdasarkan uraian kegiatan pekerjaan konstruksi fisik, pembangunan jembatan penghubung dua desa di Weru Sukoharjo ini menggunakan baja struktur dengan bentang 28 meter dan lebar tiga meter. Selain itu, lempengan beton lantai jembatan atau slab setebal 20 cm.
Jembatan permanen itu dibangun di Sungai Atas Aji untuk mempermudah konektivitas antarwilayah di Weru. “Proyek pembangunan jembatan ditarget rampung pada akhir tahun. Jadi, selepas penandatanganan kontrak, kontraktor pemenang lelang harus segera mulai mengerjakan konstruksi fisik,” ujar dia.
Terpisah, Kepala Desa Jatingarang Slamet Riyadi mengatakan penantian warga Desa Jatingarang dan Desa Karanganyar selama puluhan tahun akhirnya terealisasi pada tahun ini. Selama ini karena tidak ada jembatan penghubung, warga di kedua desa di Sukoharjo itu harus memutar arah sekitar dua-tiga kilometer agar bisa menyeberangi sungai.
Banyak warga yang mengeluh harus memutar arah, terutama orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah pada pagi hari. Begitu pula, para pelaku usaha atau petani harus merogoh kocek pribadi untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) lantaran harus memutar arah.
“Dahulu, ada jembatan penghubung namun ambrol akibat derasnya aliran sungai saat terjadi hujan lebat. Itu sudah 25 tahun silam. Jadi, selama ini, warga mau tidak mau harus memutar arah jika ingin menyeberangi sungai,” papar dia.
Sebenarnya, warga telah menyampaikan aspirasi dan usulan kepada pemerintah agar membangun jembatan permanen. Namun, aspirasi warga setempat baru terealisasi pada tahun ini. “Rencananya, jembatan penghubung antardesa itu juga bisa dilewati mobil. Sehingga, bisa mempermudah konektivitas dan menjadi daya ungkit ekonomi di wilayah Weru,” urai dia.