Esposin, BOYOLALI -- Dilansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id pada 2016, bongkahan batu andesit dan benda diduga artefak harta karun pripih pernah ditemukan di sebuah tegalan Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
Areal tegalan tersebut merupakan tanah kas Desa Ringinlarik dan saat ini sedang dilakukan proyek pembuatan embung/telaga oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Kabupaten Boyolali.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Artefak sejarah berupa pripih ditemukan pada saat menggali tanah sedalam kurang lebih 1,5 meter. Penyelamat artefak diduga pripih adalah Sumardi, 42, warga Dukuh Ringinlarik RT 004 / RW 00, Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
Selain kotak berisi diduga pripih, ditemukan juga batu-batu berbentuk persegi berjumlah yang cukup banyak dan berserakan karena telah teraduk di sekitar lokasi.
Balai Pelestarian Cagar Budaya menyebutkan kotak harta karun pripih ditemukan di bawah tumpukan batu dan tanah berbentuk persegi yang kemungkinan tutupnya telah hilang.
Baca juga: Simalakama Harta Karun Langka dan Racun Berbahaya di Muntahan Lumpur Lapindo
Di dalam kotak pripih tersebut terdapat 22 buah potongan lempeng logam berwarna kuning keemasan. Masing-masing lempeng terdapat prasasti yang memuat satu buah kata dan ditulis dengan aksara jawa kuno.
Dari hasil tinjauan paleografis aksara tersebut merupakan aksara jawa kuno bergaya Jawa Tengahan berasal dari sekitar abad IX-X Masehi. Hasil transkripsi atau alih aksara, prasasti tersebut berisi tentang dewa-dewa dalam agama Hindu dan kata-kata dalam unsur keagamaan.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Arkeolog Museum Boyolali pada 2016 menuliskan bahwa temuan pripih di Kebon Luwak cukup unik dan langka.
Zaman dulu orang menganggap pripih sebagai harta karun, sehingga harusnya susah ditemui pada masa sekarang karena sudah diambil orang.
Baca juga: Diyakini Jadi Permukiman Bangsawan, Situs Wonoboyo Klaten Masih Simpan Misteri
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng kemudian merilis bahwa lempeng kuning atau pripih yang ditemukan di bawah tumpukan batu kuno di Dukuh Kebonluwak, Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, terbuat dari emas.
Pripih itu diketahui bukan lempeng biasa melainkan terbuat dari emas 18 karat. Penemu pripih kemudian diberi penghargaan oleh BPCB.
Pripih merupakan benda kuno yang menjadi salah satu syarat pembuatan candi. Pripih biasanya ditanam di bawah pondasi candi.
Masih dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id pada 2016, jika dilihat dari huruf kawi, dipastikan usia candi tersebut lebih muda dibandingkan dengan Candi Prambanan dan Borobudur.