Boyolali (Espos)--Sejumlah pedagang di kawasan Selo mengaku mengalami penurunan omzet penjualan, menyusul ditutupnya jalur pendakian ke Merapi pada malam Tahun Baru, Jumat (31/12).
Salah seorang warga Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Selo Purwongatun mengatakan biasanya para pedagang memperoleh untung dari adanya kegiatan pendakian saat momentum pergantian tahun.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
“Namun saat ini keuntungan mengalami penurunan hampir 50 persen dari biasanya, karena ditutupnya jalur pendakian Merapi,” ujarnya kepada wartawan, akhir pekan lalu.
Menurut Purwongatun, jika jalur pendakian dibuka, biasanya para pedagang yang ada di kawasan New Selo membuka seluruh kiosnya. Namun, saat Tahun Baru lalu, hanya sekitar dua pedagang yang membuka.
“Meski New Selo akhirnya jadi base camp bagi para pendaki yang gagal naik ke Merapi, namun pendapatan pedagang masih saja mengalami penurunan,” tandas dia.
Senada, pedagang makanan di New Selo, Sri mengaku dengan penutupan jalur pendakian itu membuat para pedagang tidak banyak mendapatkan keuntungan.
Diakui Purwongatun, dengan adanya pembukaan jalur pendakian itu, selain para pedagang, para warga di sekitar kawasan New Selo juga kecipratan keuntungan.
Hal itu dikarenakan banyak warga yang membuka penginapan bagi para pendaki, maupun penitipan sepeda motor dan mobil milik para pendaki sebelum naik ke puncak Merapi.
Purwongatun menambahkan selain kehilangan pendapatan akibat penutupan itu, pemerintah juga kehilangan pendapatan dari tidak ditariknya retribusi pendakian yang besarnya Rp 1.500 per orang.
“Padahal jika ada momentum peringatan seperti Tahun Baru itu, ada lebih dari 1.000 orang pendaki yang hendak naik ke Merapi,” papar dia.
fid