Esposin, SRAGEN — Sejumlah warga menyambut baik proyek pelebaran jalan Solo-Sragen yang sudah mulai terlihat hasilnya. Di sisi lain, warga juga mengkhawatirkan lebarnya jalan justru dimanfaatkan oleh bus antarkota antarprovinsi (AKAP) untuk kebut-kebutan.
Seperti diketahui, dalam beberapa pekan terakhir, media massa diramaikan dengan pemberitaan bus jurusan Surabaya-Jogja yang terlibat kecelakaan. Di Sragen, Bus Sugeng Rahayu kedapatan menerobos lampu lalu lintas di simpang empat Pos Lantas Kota pada Minggu (22/8/2021).
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Selain menerobos lampu lalu lintas saat menyala merah, bus juga berniat menerobos jalur untuk kendaraan yang melaju dari lawan arah. Hingga akhirnya, bus itu menabrak mobil pikap pengangkut sayuran yang membuat tiga orang terluka.
Baca juga: Warga Blangu Sragen Antusias Ikut Vaksinasi Covid-19, Jatah Vaksin Sampai Ditambah
Di Madiun, mahasiswa asal Wonogiri, meninggal dunia setelah ditabrak bus Sugeng Rahayu pada Selasa (31/8/2021). Sebelum terjadi kecelakaan, bus sempat melanggar marka jalan untuk menyalip kendaraan di depannya. Nahas, bus itu gagal nyalip sehingga menabrak korban yang mengendarai sepeda motor dari lawan arah.
“Sekarang dengan kondisi jalan yang relatif sempit, bus Suroboyonan itu nekat ugal-ugalan. Kendaraan dari lawan arah kerap jadi korban. Demi menghindari tabrakan, tak jarang pengguna jalan, khususnya pengendara motor harus mengalah keluar dari jalur,” ujar Suryanto, warga Masaran, kepada Esposin, Rabu (1/9/2021).
Kepadatan Lalu Lintas Tinggi
Suryanto menyambut baik proyek preservasi dan penambahan lajur untuk jalan nasional Palur-Sragen-Mantingan dengan nilai kontrak Rp130 miliar. Bagaimana pun juga, ia dan warga lain sangat mengidam-idamkan kondisi jalan yang layak dilalui kendaraan.Baca juga: Pasar Terpadu akan Dibangun di Kawasan Nglangon Sragen, Desainnya Futuristik
Sebab selain kerap berlubang di sana sini, jalan nasional itu juga dinilai terlalu sempit. Dia menilai jalan Solo-Sragen sudah layak dilebarkan mengingat tingkat kepadatan lalu lintas cukup tinggi.
“Statusnya saja jalan nasional ya sudah seharusnya dibangun dengan standar nasional. Kami senang kalau dilebarkan, tapi kami juga khawatir jalan yang lebar itu justru makin membuat bus Suroboyonan ugal-ugalan,” paparnya.
Senada dikatakan Santo, 40, warga Krikilan, Masaran. Sebagai warga yang biasa melintasi jalan Solo-Sragen, ia menyambut baik proyek pelebaran jalan itu.
Baca juga: Jos! Sebagian Ruas Jalan Solo-Sragen Sudah 4 Lajur
Pelebaran jalan itu bisa membuat pengguna jalan lebih nyaman. Ia tidak berharap jalan yang lebar nantinya justru dijadikan arena kebut-kebutan oleh sopir bus Suroboyonan.
“Esensi perbaikan jalan kan untuk membuat pengguna jalan nyaman. Kalau dijadikan ajang kebut-kebutan demi kejar setoran, bukan nyaman tapi bahaya yang didapat,” ucapnya.