Esposin, SRAGEN — Jalan penghubung Masaran-Plupuh-Gemolong mengalami kerusakan cukup parah. Akibatnya, jalan sepanjang sekitar 15 km tersebut bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu sekitar 1 jam.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Pantauan Esposin mulai dari Masaran ke Gemolong, kerusakan jalan sudah terlihat mulai Pasar Masaran hingga Plupuh. Di jalan itu, kerusakan jalan dipicu banyaknya kendaraan berat pengangkut tanah yang melintas. Kerusakan jalan terparah berada tak jauh dari Gardu Induk PLN di Masaran.
Aspal jalan di lokasi sudah mengelupas dan yang tersisa hanya kerikil dan debu. Pembangunan beton jalan sebenarnya sedang berlangsung. Namun, beton jalan itu baru dibangun separuh jalan di kawasan Pringanom. Sementara itu, kerusakan jalan Plupuh-Gemolong dipicu kondisi tanah yang labil.
Di jalur ini banyak ditemukan permukaan jalan yang bergelombang dengan kondisi aspal mengelupas dan retak-retak. Lubang jalan juga ditemukan di sana-sini. Sebagian lubang jalan itu hanya ditutup timbunan tanah.
Sapto, 40, warga Dusun Pakis, Desa Masaran, Kecamatan Masaran, mengatakan belum lama ini dirinya menempuh perjalanan dari Masaran-Salatiga dengan melewati Plupuh dan Gemolong. Dia mengaku heran dengan waktu tempuh antara Masaran-Plupuh-Gemolong sejauh 15 km itu bisa mencapai 1 jam.
“Saat itu saya memakai kendaran roda empat. Kalau kondisi jalan memadai, jarak 15 km bisa ditempuh dalam waktu 20 menit. Tapi, jalan Masaran-Plupuh-Gemolong memakan waktu 1 jam dengan kecepatan rata-rata yang tidak lebih dari 40 km. Banyak lubang dan jalan yang bergelombang sehingga saya tidak bisa melanjukan mobil dengan kecepatan lebih tinggi,” terang Sapto saat ditemui di halaman rumahnya.
5 Tahun Terakhir
Kerusakan jalan Masaran-Plupuh-Gemolong, kata Sapto, sudah terjadi sejak lima tahun terakhir. Menurutnya, kali terakhir jalan itu diperbaiki secara menyeluruh pada saat Sragen masih dipimpin Bupati Untung Wiyono. “Sejak dipimpin Pak Agus [Bupati Sragen], perbaikan jalan hanya sekadar tambal sulam,” tandas Sapto.
Sutanto, 30, warga lain mengatakan kerusakan jalan Masaran-Plupuh dipicu banyaknya kendaraan bertonase tinggi yang melintasinya. Semula, jalur itu digunakan oleh truk pengangkut tanah uruk proyek pembangunan jalan tol Solo-Kertosono. Namun, aktivitas pembangunan jalan tol itu sudah berhenti sekitar delapan bulan lalu.
Hingga kini, jalan itu masih kerap dilintasi kendaraan berat pengangkut tanah uruk dari kawasan Plupuh, namun bukan untuk keperluan pembangunan jalan tol. “Sebetulnya kelas jalan ini hanya III C, tapi ada puluhan truk bertonase tinggi yang melintasi jalur ini tiap harinya. Jadi, sudah wajar bila kondisinya rusak parah,” tandas Sutanto.