Esposin, BOYOLALI--Kerusakan jalan di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) kian parah. Seluruh aspal jalan sudah mengelupas dan berganti tanah dan pasir. Bahkan, sebuah gorong-gorong di dekat jembatan Candipetak, Desa Genting, Cepogo, jebol dan menimbulkan lubang jalan dengan diameter sekitar setengah meter. Gorong-gorong tersebut jebol pada Rabu (25/2/2016). Sebelum jebol, jalan di sisi utara jalur tersebut sudah ambles. Warga hanya menutup jalan ambles dengan material pasir dan batu. Sementara warga harus berjaga 24 jam karena gorong-gorong yang jebol hanya ditutup dengan bekas cor tiang sebagai penanda.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Gorong-gorong dengan lebar 6 meter dan kedalaman sekitar 1,5 meter sudah kritis. Seorang warga Candipetak, Adi, mengatakan kondisi gorong-gorong sudah rapuh.
“Jalan ini seperti mau ambles kalau dilalui truk. Awalnya jalan ambles. Pelan-pelan ambles, tahu-tahu kemarin sampai jebol pas dibagian tengah jalan,” kata Adi.
Menurut dia, kerusakan jalan dan gorong-gorong disebabkan karena drainase di sepanjang jalur SSB mulai dari arah Selo hingga Cepogo tidak berfungsi. Semestinya, selokan yang ada di sisi utara jalan bisa mengalirkan air dari arah Selo, kemudian masuk ke gorong-gorong dan air mengalir masuk ke Kali Pengkol. Lantaran tidak berfungsi, setiap hujan deras air tumpah ke jalan.
“Akhirnya jalan remuk. Belum lagi setiap hari jalan ini dilewati truk pasir yang muatannya sangat besar. Bahkan jumlahnya bisa sampai ribuan truk tiap harinya,” tambah warga Candipetak lainnya, Soleh Prabowo.
Sementara itu, dari pantauan Esposin di sepanjang jalur SSB, kerusakan tidak hanya terjadi di wilayah Selo dan Samiran, Kecamatan Selo, tetapi sudah sampai ke jalan di wilayah Kecamatan Cepogo.
Selain di wilayah Candipetak, Genting, kerusakan paling parah terpantau di perbatasan Cepogo-Selo, tepatnya di bawah pintu gerbang penanda kawasan wisata Selo. Jalan hancur. Kondisi serupa juga terjadi di perbatasan Selo-Samiran. Tidak ada aspal yang tersisa di jalan tersebut. Aspal sudah berganti dengan pasir, lumpur, dan batu.
Warga Dusun Gebyog, Desa Selo, Sitam, 55, juga menyampaikan kerusakan jalan karena air hujan selalu meluber ke jalan sehingga menggerus aspal jalan. “Belum lagi truk-truk yang lewat itu juga merusak jalan.”
Dengan kerusakan jalan tersebut, warga harus selalu bergotong-royong menutup lubang jalan. “Ini tadi jalannya sudah diuruk pasir dan batu. Sebelumnya, bentuknya serupa kubangan. Kedalaman kubangan itu bisa sampai 15 sentimeter,” kata Sitam.
Kerusakan jalan di jalur pariwisata alternatif Boyolali-Magelang dinilai cukup berbahaya. Mayoritas ruas jalan dari Candipetak sampai Samiran, memberlakukan sistem satu jalur. Pengguna jalan harus bergantian dengan truk pengangkut muatan pasir dari penambangan liar di Kali Apu.