Esposin, SRAGEN — Berada di Kawasan Situs Sangiran, Desa Pungsari di Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen ternyata menyimpan segudang potensi yang bisa jadi daya tarik wisata. Letak geografis yang potensial tersebut juga didukung dengan beragam kesenian yang ada di tersebut.
Desa Pungsari menjadi salah satu desa sasaran program Pemajuan Kebudayaan Desa Tahun 2021. Program ini milik Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Sayangnya, pelaksanaan program ini di Desa Pungsari tak menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan.
Pendamping Kebudayaan Desa (Daya Desa) Kemendikbud, Ari Agus Putra Utama, mengatakan potensi utama Desa Pungsari memiliki beragam potensi yang bisa dijual. Mulai dari kesenian tradisional, budaya, kuliner khas, dan alam. Namun, segudang potensi itu belum mampu dikembangkan warga.
Baca Juga: Kelompok Wanita Tani di Kedawung Sragen Ini Bikin Teh dari Bawang Dayak
Kesenian yang ada di Desa Pungsari di antaranya batik, seni musik keroncong, dan musik tradisional bambu. Sementara kuliner khasnya adalah jenang bakmi yang cocok untuk sarapan.
Potensi Desa Pungsari ini pernah dipamerkan dalam Pasar Budaya Sasonomulyo Desa Pungsari pada 2021. "Pasar budaya tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat dari Kemendikbud. Dengan branding pasar makanan tradisional, jajanan yang dihadirkan di sana [pasar budaya] juga dikemas dengan tradisional, tidak menggunakan plastik," tambah Ari saat ditemui Esposin pada Selasa (23/8/2022).
Minim Dukungan
Sayangnya, sambung Ari, mengembangkan potensi Desa Pungsari bukan perkara mudah. Apalagi mewujudkannya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi seperti desa wisata, sulit dilakukan. Salah satu faktornya adalah minimnya dukungan dari warga.Baca Juga: Gemolong Sragen Punya Objek Wisata Air Anyar, Wisatawan Bisa Jualan
Ari mengatakan anak muda Desa Pungsari kurang tertarik akan seni tradisional lokal. Akibatnya, kesenian itu terancam punah.
"Desa ini juga sebenarnya menyimpan potensi budidaya semangka yang bisa dikembangkan menjadi wisata petik buah seharusnya. Luas lahan budidaya semangka ini hampir 80 hektar," terang Ari.
Ia menambahkan, Desa Pungsari juga memiliki tempat bersejarah yaitu Sumur Sendang Mbah Gumul. Konon, sumur tersebut tidak dibuat oleh manusia. Menurut cerita warga, Sendang Mbah Gumul itu dulunya hanya bekas pijakan kerbau dan menjadi seperti kubangan air, yang kemudian diambil warga untuk kebutuhan sehari-hari.
Sumur ini juga masih digunakan menjadi tempat kirab manten, salah satu ritual wajib ketika warga sekitar ingin melangsungkan pernikahan.
Baca Juga: Krajan Sragen Gudangnya Fosil, Didesain Jadi Destinasi Wisata Baru
Dalam usaha batik sendiri, rata-rata pengrajin batik di Desa Pungsari mengawali karirnya dengan menjadi karyawan di Kota Solo. Berbekal keahlian dan pengalaman yang didapatkan mereka mulai mengembangkan usaha batik di Desa Pungsari. Terdapat empat jenis batik yang diproduksi di Desa Pungsari, yaitu batik printing, batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi.
Kepala Desa Pungsari, Joko Sarono, mengakui adanya tantangan dalam mengembangkan potensi desanya. Salah satunya adalah pandemi Covid-19. Awalnya pemerintah desa ingin membangun alun-alun mini agar wisatawan yang berkunjung ke Museum Sangiran bisa singgah ke Desa Pungsari. Namun rencana itu belum terwujud.