Esposin, SOLO--Kontraktor proyek Koridor Jl. Gatot Subroto (Gatsu) mengoptimalkan pekerjaan penggalian dengan alat berat pada malam hari hingga dini hari. Hal ini untuk mengantisipasi keluhan pengguna jalan serta pelaku perdagangan di kawasan sekitar. Proyek galian dikhawatirkan memicu kemacetan lalu lintas di sekitar koridor.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Pantauan Esposin, Rabu (24/8/2016) siang, pekerjaan difokuskan pada pengepelan lantai, pemasangan bekisting hingga penyedotan air di saluran drainase. Alat berat berupa backhoe hanya ngendon di sisi timur Jl. Gatot Subroto. Arus lalu lintas sedikit tersendat lantaran parkir pertokoan memakan bahu jalan seiring penataan koridor.
Site manager PT Yatno Son selaku pelaksana proyek, Adi Surya, mengatakan pengerjaan Koridor Gatsu perlu kecermatan agar tidak berefek negatif terhadap lalu lintas dan aktivitas perdagangan kawasan sekitar. Menurut Adi, pekerjaan dengan alat berat tidak dapat dilakukan pagi hingga sore hari ketika kawasan ramai. Selain mengganggu kelancaran arus, proyek penggalian tidak akan berjalan maksimal. “Kalau jalan ramai, alat berat sulit bergerak,” ujarnya saat ditemui wartawan di lokasi proyek.
Adi mengatakan proyek galian saat ini difokuskan pada pukul 22.00 WIB hingga 04.00 WIB. Rekanan perlu menggali koridor sepanjang 385 meter di masing-masing sisi untuk penataan sekaligus normalisasi saluran air. Di luar jam tersebut, pekerja menggarap pengecoran, pengepelan lantai serta pemasangan bekisting. Adi mengklaim minimnya waktu untuk proyek galian tidak berdampak pada progress pembangunan.
“Memang saat ini progressnya masih 4%, di bawah target yakni 6%. Namun kami optimistis Desember proyek sudah kelar,” tutur Adi tentang proyek yang dikerjakan sejak 15 Juli tersebut.
Di sisi lain, kontraktor akan membongkar sejumlah bangunan yang menjorok ke trotoar secara manual. Hal itu untuk mengantisipasi kerusakan struktur atau fondasi bangunan yang kena bongkar. “Pakai backhoe takutnya retak kalau tersenggol,” sambung Adi.
Anggota Komisi II, Ginda Ferachtriawan, mendukung pengaturan waktu untuk pekerjaan Koridor Gatsu. Menurut Ginda, potensi perdagangan di kawasan sekitar luar biasa sehingga perlu penyesuaian proyek oleh kontraktor. “Dalam reses, warga meminta agar proyek semacam galian tidak dilakukan pagi atau siang hari. Hal ini untuk mengantisipasi keruwetan lalu lintas hingga merosotnya perdagangan,” ujarnya.