Esposin, BOYOLALI-- Sekelompok masyarakat yang bekerja sama dengan Pemdes Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, bakal menggelar lomba permainan lato-lato, Minggu (15/1/2023).
Syarat mengikuti lomba lato-lato cukup mudah. Syarat pertama yakni anak-anak maksimal SD untuk Kategori SD, anak-anak dan remaja maksimal SMA untuk Kategori SMA, dan semua usia untuk masyarakat umum.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Syarat lain yakni lomba ini khusus untuk warga Kembangkuning. Sedangkan alat permainan lato-lato diwajibkan membawa sendiri.
Pendaftar diwajibkan membayar biaya registrasi Rp5.000 per orang atau menghubungi WhatsApp panitia atas nama Bapak Uun Sismiyardi 082142878141, dan 0816678664.
Para pemenang bakal menerima hadiah trofi dan uang pembinaan.
“Untuk pendaftaran bisa datang ke Balai Desa Kembangkuning, atau WhatsApp ke panitia atas nama Bapak Uun Sismiyardi di 082142878141, kemudian saya di 0816678664. Pendaftar khusus warga Kembangkuning saja,” kata Wartono kepada Esposin, Minggu (8/1/2023).
Wartono juga mengatakan untuk mendaftar lomba akan dikenai biaya registrasi Rp5.000 per orang. Uang pendaftaran tersebut untuk memotivasi peserta lomba agar menang dan mau berlatih sebelum lomba.
Wartono menilai antusiasme masyarakat juga tinggi untuk mengikuti lomba lato-lato. Ia mengungkapkan sejak poster disebar pada Jumat (6/1/2023) sore, sudah ada sekitar 30-an orang yang mendaftar lomba hingga Minggu sore.
Wartono menambahkan nantinya di tiap kategori diambil juara pertama sampai ketiga. Akan ada pula pemberian trofi dan juga uang saku. Akan tetapi, ia belum dapat menyebutkan uang saku yang akan didapat pemenang.
“Untuk menentukan pemenang, di babak penyisihan kami tentukan dari yang terlama bertahan dari start sampai akhir. Kemudian, selanjutnya di final, tak hanya dari yang lama, tapi ada atraksi terbagus yang dilakukan dengan lato-lato. Untuk jurinya nanti ada dari guru SD, ada juga dari karang taruna,” ujar Wartono.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan permainan lato-lato dipilih untuk memeriahkan suasana awal tahun agar anak-anak tak kecanduan bermain gawai. Tak hanya itu, Wartono mengatakan permainan lato-lato juga sempat booming sekitar 1970 – 1980 an.
“Jadi agar anak-anak bisa mengenal permainan tersebut dan tidak terpaku gawai. Ini mulai terbukti, cerita sedikit, di rumah saya kan ada Wifi, biasanya setiap siang anak-anak bermain handphone di sekitar rumah. Sepuluh harian ini jadi sepi karena mereka lebih memilih main lato-lato,” kata dia.