Esposin, BOYOLALI – Hujan deras di Kecamatan Selo, Boyolali, mengakibatkan ambrolnya atap SDN 2 Tlogolele, Minggu (8/9/2024). Ambrolnya atap sekolah tersebut baru diketahui saat sekolah dibuka Senin (9/9/2024).
Kepala SDN 2 Tlogolele, Endang Retno Suryaningsih, mengatakan hujan memang berlangsung deras dan cukup lama di wilayah Selo. “Atap [bagian genting dan plafon] ambrol di bagian ruang tamu kantor guru. Yang ambrol hanya bagian situ karena rengnya sudah lapuk dan semalam hujannya deras sekali. Ini sementara sudah terkondisikan, sudah aman,” kata dia saat dihubungi Promosi
Beri Kemudahan, Sinergi BRI dan Pelni Hadirkan Layanan Reservasi Tiket Kapal
Ia mengatakan untuk sementara atap yang ambrol seluas 1 meter x 3 meter telah diperbaiki dengan kayu dan genting baru. Endang mengatakan sebenarnya sudah ada rencana untuk membenahi atap sebelum hujan melanda. Endang mengungkap bakal berkonsultasi dengan dinas terkait soal cara mengajukan usulan rehabilitas gedung. “Soalnya kondisi kantor guru dan tiga ruang kelas yaitu kelas I, II, dan VI, rengnya sudah hampir rapuh. Infonya terakhir direhab 2006,” jelasnya.
Endang mengaku khawatir jika terjadi hujan ekstrem saat kegiatan pembelajaran. Kejadian serupa dikhawatirkannya terulang saat kegiatan pembelajaran dan atap yang ambrol mengenai guru atau siswa. “Harapannya kami dapat DAK [Dana Alokasi Khusus untuk rehabilitasi gedung] karena sudah lama juga, terakhir 2006. Dan SDN 2 Tlogolele kan dekat dengan Gunung Merapi, mungkin sewaktu-waktu kalau ada gempa vulkanik juga bahaya,” kata dia. Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Setyawan, menyampaikan ia baru memperoleh informasi soal atap ambrol di SDN 2 Tlogolele. “Kami cek dulu ke koordinator, segera TL [tindak lanjut],” kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Suratno, menyampaikan hujan yang berlangsung lebih dari satu jam di sebagian wilayah Boyolali pada Minggu malam. Ia menjelaskan hujan pada Minggu malam dimulai sejak Magrib dengan durasi sekitar satu jam. Ratno mengatakan hujan tersebut belum bisa diartikan sebagai tanda masuk ke musim penghujan. Ia menjelaskan musim kemarau diperkirakan terjadi pada Oktober-November. “Artinya hujan ini sebagai bagian dari rilis BMKG bahwa bisa terjadi hujan dengan tingkat curah hujan yang rendah. Artinya, pada musim kemarau bisa terjadi hujan di beberapa wilayah di Jawa Tengah,” kata dia.