Esposin, BOYOLALI -- Rumah Tahanan Negara atau Rutan Kelas IIB Boyolali menggelar program pembinaan intervensi psikologi dengan cara meditasi untuk 16 warga binaan pemasyarakatan (WBP) di aula rutan setempat, Senin (12/8/2024).
Dalam program itu, para warga binaan dilatih untuk bermeditasi. Satu orang perempuan terlihat memandu pose duduk dan tangan 16 warga binaan laki-laki di Rutan Boyolali. Para warga binaan menutup mata setelah duduk bersila dalam dua barisan dan meletakkan tangan mereka di pangkuan masing-masing.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Perempuan yang memberikan instruksi tersebut mengarahkan para warga binaan untuk mengatur napas yaitu menghirup lewat hidung lalu mengeluarkan lewat mulut. Para warga binaan juga diminta untuk rileks.
Setelah itu, para warga binaan diminta duduk santai membelakangi tembok sambil terus mengatur napas. Salah satu warga binaan, DSP, mengaku masuk ke Rutan Boyolali sekitar Maret 2024. Saat awal masuk Rutan Boyolali, DSP mengaku sedih, stres, dan resah.
“Saya merasa sedih, stres, dan resah karena jauh dari orang tua dan menyesal melakukan kesalahan sampai bisa masuk ke Rutan Boyolali,” kata dia saat ditemui Esposin di sela-sela acara.
Ia mengatakan setelah mengikuti meditasi ada perasaan lega dan lebih baik. DSP juga bakal mempraktikkan cara meditasi yang dipelajarinya hari itu di kamar Rutan Boyolali nantinya.
Sementara itu, penanggung jawab program pembinaan intervensi psikologi dari Rutan Boyolali, Dhita Ade Nugroho, mengatakan program tersebut bekerja sama dengan mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
“Pada kegiatan ini, kami akan memberikan teknik meditasi yoga dari mahasiswa psikologi. Program ini telah berjalan sejak 2023,” kata dia.
Ia menjelaskan tiap kegiatan intervensi psikologi bisa berbeda-beda tergantung masalah yang dialami warga binaan. Para warga binaan diberikan asesmen sebelum mendapatkan intervensi psikologi.
Dhita mengatakan kegiatan tersebut dilakukan karena pentingnya pengelolaan kondisi psikologi warga binaan Rutan Boyolali.
Refreshing
Ia mengungkapkan rata-rata warga binaan di Rutan Boyolali yang baru masuk mengalami kecemasan, stres, dan depresi. Ketika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, bisa berdampak buruk untuk warga binaan.
“Untuk gelombang ini kami lakukan untuk 16 warga binaan. Pelaksanaan intervensi psikologi ini rutin setiap ada tahanan baru. Mulai dari asesmen, dianalisis masalah psikologisnya apa, dan diberikan intervensi dalam kurun waktu tertentu,” kata dia.
Dhita mengatakan kegiatan intervensi psikologi bakal dilakukan secara bertahap. Ketika satu kelompok selesai, diganti kelompok baru. Sehingga targetnya seluruh warga binaan mendapatkan intervensi psikologi. Sebagai informasi, total jumlah warga binaan Rutan Boyolali ada 303 orang dan 10 di antaranya perempuan.
Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UMS yang juga praktik klinik di Rutan Boyolali, Azmi Dian Oktaviana, didapuk mengajari para warga binaan bermeditasi.
“Teknik yang diajarkan yoga dulu, nanti yang kami ajarkan tahapan basic seperti bersila dan semacamnya karena itu sederhana,” kata dia.
Meditasi yang dilakukan, tutur Okta, lebih berfokus pada latihan pernapasan untuk membantu menenangkan jiwa para warga binaan. Ia mengatakan meditasi penting dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
Ia mengatakan dengan meditasi, warga binaan bisa mengendalikan emosi dan kecemasan. Selain itu, berbeda dengan warga lain di luar Rutan yang bebas refreshing, warga binaan bakal 24 jam berada di dalam Rutan. Sehingga diharapkan dengan meditasi, warga binaan bisa membantu diri mereka sendiri.
“Diharapkan meditasi yang kami ajarkan secara sederhana bisa membantu teman-teman mengendalikan kecemasan dan emosi. Perasaan emosi itu bukan untuk ditahan tapi dikendalikan. Sehingga mereka bisa menolong diri mereka sendiri,” kata dia.