Esposin, SUKOHARJO- Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa memperoleh suara tertinggi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 17 yang merupakan TPS keluarga anggota Grup II Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo.
Berdasarkan data yang dihimpun Esposin, tercatat 322 Daftar Pemilih Tetap (DPT) , lima pemilih yang menggunakan formulir A5, dan 114 pemilih yang menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Pasangan capres dan cawapres Prabowo-Hatta memperoleh 390 suara, sedangkan pasangan nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) hanya mendapat enam suara.
Sementara itu, perolehan suara pasangan capres dan cawapres Prabowo-Hatta tertinggal cukup jauh dari pasangan capres dan cawapres nomor urut dua di TPS 10 Kelurahan Langenharjo, Grogol.
Pasalnya di TPS yang merupakan TPS ketua tim pemenangan koalisi merah putih di Sukoharjo, Bambang Riyanto, Prabowo-Hatta hanya memperoleh 101 suara.
Sedangkan pasangan Jokowi-Jk mendapatkan 395 suara. Dari jumlah DPT 637 yang terdiri dari DPT, formulir A5, dan yang menggunakan KTP , yang menggunakan hak pilihnya sejumlah 503.
Menurut ketua tim pemenangan koalisi merah putih Kabupaten Sukoharjo, Bambang Riyanto, pesta demokrasi selalu ada pihak yang menang dan kalah.
“Tapi harapan kami dalam pilpres kali ini tetap menciptakan suasana yang tenang, nyaman, jauh dari manuver,” terang dia saat dijumpai Esposin seusai mencoblos, Rabu (9/7/2014).
Bambang menegaskan salah satu dari pasangan tersebut pasti akan menjadi pemimpin Indonesia. “Itu kan presiden kita, tidak perlulah kita perdebatkan siapa yang menang dan kalah. Siapapun yang menang silahkan bergerak secara santun, tidak perlu melakukan provokasi. Karena keduanya berpeluang lantaran ada beberapa wilayah yang basis salah satu capres dan ada yang bukan basis,” tutur dia.
Lebih lanjut mantan Bupati Sukoharjo tersebut menegaskan menang ataupun kalah adalah konskuensi dari proses demokrasi. “Kami sudah sering mengikuti demokrasi, tinggal kami lihat pola kemenangannya seperti apa,” tandas dia.