Esposin, SOLO --Hujan deras sempat menunda pelaksanaan Kirab Agung Keraton Solo yang semestinya dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB, Kamis (16/2/2023). Keraton Solo memutuskan sementara waktu dan menunda pelaksanaan kirab meskipun kereta kuda dan segala uba rampenya sudah dipersiapkan matang beberapa hari sebelumnya.
Selama dua jam menunggu hujan reda, akhirnya Keraton tetap melaksanakan Kirab Agung sekitar pukul 16.00 WIB. Hujan memang belum reda sepenuhnya, para peserta keraton tetap berangkat menembus rintik hujan.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Tak kalah dari para peserta, masyarakat juga tampak antusias menyaksikan gelaran Kirab Agung yang melintasi sepanjang kawasan keraton. Mereka mengenakan mantel, payung, dan tak lupa mengabadikan momen menggunakan ponselnya.
Salah satu wisatawan yang turut menyaksikan, Ike Trisnawati, bersama rombongan satu bus dari Madiun tidak sengaja mengetahui akan ada agenda Kirab Agung. Ike mengaku baru pertama kali melihat Kirab Agung di Kota Solo.
"Kesannya harmonis, tadi sempat melihat mas Wali Kota Rakabuming dan beliau melambai-lambaikan tangan menyapa kami," ucap dia sambil menggandeng anak dan membawa payung di depan gedung Mal Pelayanan Publik Sudirman.
Melihat suasana seperti saat itu, kata Ike, ia menilai pemerintah dan keraton terasa lebih merakyat dengan semua kalangan. Lebih lanjut, K.G.P.H. Dipokusumo, mengatakan Kirab Agung menjadi salah satu rangkaian acara Tingalan Jumenengan yang pernah dilakukan pada 2018, sebelum pandemi.
Dipo menjelaskan kirab menjadi salah satu wujud komunikasi politik raja kepada masyarakat dalam lingkungan keraton. Kirab tersebut dilakukan agar raja baru bisa berkomunikasi sejara langsung dengan masyarakat di lingkungan keraton saat itu.
"Karena biasanya, raja pertama kali Jumeneng Noto harus berkomunikasi kepada masyarakat," ucap dia.
Dengan kirab yang dilaksanakan saat ini, masyarakat diharapkan lebih bisa memahami terkait tujuan dari kirab itu sendiri.