Sragen (Espos)--Sejumlah pangkalan elpiji di Bumi Sukowati mengaku resah dengan rencana kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg dan 50 kg sebesar Rp 1.000/kg dari PT Pertamina. Para pemilik pangkalan elpiji meminta PT Pertamina tidak menaikan harga elpiji.
Mereka justru meminta harga elpiji diturunkan, karena mahalnya harga elpiji berdampak rendahnya daya beli masyarakat. Pemilik pangkalan elpiji Sragen, Sri Nur Rony mengaku belum mengetahui rencana kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg dan 50 kg. Jika memang rencana PT Pertamina itu direalisasikan, ujarnya, bakal berpengaruh pada pelanggan. Menurut dia, mereka diperkirakan bakal mengeluh dengan harga yang mahal dan kemungkinan bakal berpindah ke kemasan tiga kilogram.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Senada disampaikan Bayu, 40, pemilik pangkalan elpiji di Ringinanom, Sragen. Menurut dia, daya beli konsumen untuk elpiji kemasan 12 kg cukup sepi. Apalagi dengan adanya rencana kenaikan harga elpiji senilai Rp 1.000/kg maka akan banyak konsumen yang lari ke kemasan kecil.
“Dulu omset untuk penjualan elpiji 12 kg cukup tinggi, karena memang belum ada saingannya. Namun dengan munculnya elpiji bersubsidi, banyak konsumen yang lari ke elpiji berukuran tiga kilogram itu," katanya.
Menurutnya dengan rencana kenaikan harga elpiji justru dikhawatirkan banyak pelanggan yang lari. Sampai saat ini saja penurunan daya beli masyarakat mencapai 50% lebih. Perbandingannya bisa 1:3 antara elpiji bersubsidi dengan elpiji 12 kg. trh