Esposin, SOLO -- Penggemar militan Didi Kempot di barisan Sobat Ambyar menggelar diskusi dan apresiasi karya idolanya dalam acara bertajuk Forum Liman di Solo.
Forum Liman mengambil istilah gelaran setiap tanggal lima untuk memperingati tanggal wafatnya seniman yang jamak disapa Lord Didi tersebut.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Forum Liman perdana diadakan di Rumah Blogger Indonesia (RBI), Jajar, Laweyan, Rabu (5/8/2020) malam. Kegiatan yang juga didukung Komunitas RBI ini diisi pentas musik dan obrolan santai tentang jejak kekaryaan sang maestro pop Jawa.
Alhamdulillah, Ibu Positif Covid-19 Klaten Yang Dirawat Di RS Bareng Bayinya Sudah Sembuh
Acara kumpul Sobat Ambyar di Solo itu diisi penampilan penyanyi pengiring mendiang Didi, Yudhit Nuraini, lalu keponakan Didi, Shuma Prada dan Hatma Prakoso, serta perwakilan Sobat Ambyar. Disusul publikasi buku Memoar Sobat Ambyar yang diterbitkan Dio Media pada pengujung acara.
Panglima Sobat Ambyar, Jarkiyo, mengatakan forum umum tersebut merupakan upaya mereka untuk selalu mengingat dan nguri-uri karya Lord Didi. Setelah sang idola berpulang tiga bulan lalu, mereka jelas merasa sangat kehilangan.
Hal yang bisa dilakukan saat ini adalah berupaya untuk melestarikan ‘tinggalannya’. Formatnya bakal sama setiap bulan, yakni pentas dan sesi diskusi dengan menghadirkan sejumlah narasumber relevan.
Positif Covid-19 Solo Tembus 290 Orang, Lagi-Lagi Pasien Suspek Naik Kelas
Kick off Forum Liman pada Rabu malam ditandai dengan obrolan santai para Sobat Ambyar soal Didi secara umum bersama etnomusikolog Solo, Joko S Gombloh.
Bulan berikutnya bakal membahas hal-hal yang lebih detail seperti soal diksi lagu-lagu Didi, kedekatannya dengan Suriname, beberapa tembang religi, atau karya lama sang maestro.
Unggahan Medsos
“Iya ini berdasar kesepakatan pas ketemu bareng [Sobat Ambyar] dulu, kami ngobrol setelah ini [setelah Didi wafat] arahannya ke mana, ya kami sepakat untuk nguri-uri karyanya. Saya yakin pasti banyak yang rindu dengan karya Didi Kempot. Ini untuk tamba kangen,” terang Jarkiyo.Yakin Lolos, Ini Strategi Bajo Untuk Debat Melawan Gibran-Teguh di Pilkada Solo 2020
Tak harus di Solo, Jarkiyo mengatakan forum serupa juga bisa digelar di daerah lain agar lebih banyak yang mengapresiasi karya sang maestro. Mengenai konten unggahan di media sosial (medsos) Sobat Ambyar setelah wafatnya Didi juga akan lebih fokus pada karya-karyanya.
“Ya karena kita semua dipertemukan lewat karyanya, bukan yang lain,” tambah Jarkiyo.
Jarkiyo mengatakan sebelum ini para Sobat Ambyar dari berbagai wilayah termasuk Solo kerap menggelar pertemuan atau kopi darat (Kopdar). Salah satunya saat doa bersama 40 hari meninggalnya Didi bulan lalu.
Peringatan 100 hari pertengahan bulan ini juga bakal diisi doa bersama dan diskusi dengan para Sobat Ambyar. Harapannya setelah ini banyak musisi beragam aliran turut ambil peran merawat karya-karya Didi.
Melalui pilihan musik sesuai ciri khas masing-masing tentunya. Bisa dari musisi jaz, bosanova, keroncong, dan banyak lagi.