Tren kenaikan harga daging ayam sebenarnya sudah terjadi sejak sepekan menjelang Ramadan. Saat itu, harga daging ayam di pasaran dibanderol Rp32.000 per kilogram. Selama Bulan Puasa, harga daging ayam naik secara perlahan-lahan hampir saban hari hingga menembus Rp40.000 per kilogram.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Seorang pedagang daging ayam potong di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, Jarno, mengatakan harga daging ayam di pasaran bertahan tinggi mulai dari awal Ramadan hingga mendekati Lebaran. Tak menutup kemungkinan, harga daging ayam kembali melonjak pada H-2 dan H-1 Lebaran.
“Biasanya, permintaan daging ayam melonjak tajam pada dua hari atau sehari menjelang Lebaran. Banyak masyarakat yang memborong daging ayam untuk diolah menjadi menu makanan saat Lebaran,” kata dia.
Tak menutup kemungkinan harga daging ayam menyentuh di kisaran Rp45.000-Rp50.000 per kilogram saat H-1 Lebaran. Bahkan, kondisi ini diperkirakan masih bertahan tinggi hingga sepekan pasca-Lebaran. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan daging ayam untuk diolah untuk menjamu tamu yang bersilaturahmi ke rumah.
Masyarakat dan karyawan perusahaan atau kantor menggelar kegiatan halal bihalal dengan menyajikan beragam menu makanan dan minuman. “Permintaan daging ayam saat Lebaran nanti cenderung turun. Nah, permintaan daging ayam kembali naik setelah Lebaran untuk halal bihalal,” ujar dia.
Secara terpisah, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, mengatakan kenaikan daging ayam menjelang Lebaran dipengaruhi dua faktor, yakni tingginya tingkat permintaan dari masyarakat dan minimnya pasokan ayam lantaran berkurangnya populasi ayam pedaging di dalam negeri.
Imbasnya, kondisi supply dan demand telur ayam di pasar tidak seimbang. “Harga bahan baku pakan ayam seperti jagung masing tinggi. Hampir 70%, harga daging ayam potong ditentukan oleh harga pakan. Kondisi ini harus diperhatikan oleh pemerintah agar harga daging dan telur ayam bisa dikendalikan,” urai dia.