KLATEN – Satu unit CCTV yang digunakan untuk memantau Gunung Merapi, yang berada di sisi posko induk Balerante, beberapa waktu lalu mati. Pemantauan Gunung Merapi secara visual pun terganggu.
Koordinator relawan Induk Balerante, Agus Saryata, mengatakan idealnya perlu dipasang dua unit CCTV untuk memantau perkembangan kondisi Gunung Merapi. Kedua CCTV itu nantinya akan diposisikan di Kali Talang atau cekdam pertama dan di pos yang menyatu di Kali Woro. “Kalau dilihat secara mata telanjang tidak begitu terlihat. Misalnya di Merapi ada unsur apinya keluar, tidak begitu jelas terlihat,” ujar Agus.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Selain untuk memantau Merapi, imbuhnya, CCTV itu juga penting untuk memantau sungai yang membawa material lahar dingin dari gunung tersebut. Kamera yang saat ini sudah mati itu, katanya, secara langsung pemantauannya tidak melalui relawan di sana. “Kami belum mengajukan proposal untuk anggaran CCTV ini ke Pemkab Klaten. Setidaknya anggaran yang dibutuhkan untuk satu unit CCTV sekitar Rp2 juta,” terang Agus.
Bila relawan memiliki CCTV sendiri, maka bisa memantau kondisi setiap saat. Pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) juga sudah menyurvei untuk peletakan CCTV itu.
Selain CCTV, relawan juga membutuhkan lampu kabut. Lampu tersebut akan ditempatkan di lima titik pada setiap penyeberangan di Kali Woro. Untuk melihat secara visual kondisi penyeberangan di sungai tersebut, memang dibutuhkan lampu dengan spesifikasi tertentu yang cahayanya bisa menembus kabut. “Saat ini sudah ada lampu kabut juga, tapi kalau kabutnya sangat tebal, lampu itu sama sekali tidak bisa menembusnya,” papar Agus.
Kendati masih kurang maksimal, penggunaan lampu kabut masih belum begitu diperlukan, karena sekarang sudah tidak terlalu banyak curah hujan.
Ketua Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sri Winoto, mengatakan kebutuhan relawan untuk menunjang kegiatan kebencanaan peerlu dipenuhi. Di lereng Gunung Merapi sendiri, setidaknya ada 25 kelompok relawan. Harapannya, dari berbagai relawan itu bisa membentuk sebuah paguyuban atau forum antarrelawan. Semua kebutuhan yang diperlukan relawan, bisa dibahas di forum itu, lalu baru diajukan bantuan ke pemerintah daerah.
“Kalau saya melihat betapa guyubnya mereka bekerja, pemerintah sangat kebangetan kalau sampai tidak memberikan bantuan itu. Toh itu juga untuk kepentingan masyarakat. Sekarang tinggal bagaimana keputusan Bupati. Kalau saya, ya tinggal memberikan saja bantuan yang diperlukan tapi sesuai dengan prioritas,” jelas Winoto.