Esposin, SUKOHARJO -- Warga Gedongan, Baki, Sukoharjo sengkuyung lakukan gropyokan tikus di lahan persawahan warga setempat pada Senin (28/11/2022) pagi. Mereka berhasil menangkap lebih dari 200 ekor tikus.
Kegiatan tersebut juga diikuti dari pemerintah desa, tokoh masyarakat, kelompok tani, karangtaruna dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Baki.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
"Kalau yang mengikuti gropyokannya sekitar 50an orang lebih dari masyarakat, pemerintah desa, karang taruna, kelompok tani, ppl dan lainnya. Lokasi yang disasar di sisi selatan Desa Gedongan juga di utara Dukuh Butuh. Sekarang ini sudah tertangkap sekitar 200an lebih ekor tikus," terang Sekretaris Desa Gedongan, Sriyanto, kepada Esposin, Senin (28/11/2022).
Dia mengatakan dua hari ke depan hingga Rabu (30/11/2022) kegiatan serupa akan terus dilakukan demi menekan hama tikus yang cukup mengganggu di daerah tersebut.
Sementara keberadaan hama tikus menurutnya terjadi akibat lahan yang kosong, hingga keberadaan Desa Gedongan yang berbatasan dengan desa lain.
Baca juga: Warga 3 Kecamatan di Grobogan Operasi Geden Buru Tikus
“Kalau tikus mau makan satu malam sudah habis padinya, dimakan batangnya. [Banyaknya tikus] karena lahan kosong, daerah perbatasan dengan desa lain seperti Mancasan, tikus kan bermigrasi. Tikus yang tertangkap ada bervariasi ada yang besar dan juga kecil,” jelas Sriyanto.
Dia mengatakan dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga tiga kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran.
Tikus betina relatif cepat matang seksual dengan jarak ±1 bulan dan lebih cepat daripada tikus jantan yang membutuhkan waktu ±2-3 bulan. Sementara periode perkembangbiakan tikus sawah hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif.
Kegiatan yang memanfaatkan dana desa dari pos ketahanan pangan itu menyasar menyelamatkan 34 hektare lahan sawah di desa dari hama tikus.
Selain menggunakan sistem gropyokan, dalam kesehariannya tikus-tikus tersebut diatasi oleh burung Tyto Alba yang berjumlah enam ekor di desa.
Baca juga: Hama Tikus Di Sukoharjo Belum Reda, Petani Giatkan Gropyokan
Sementara beberapa waktu lalu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Sri Wijiastuti mengatakan Kampung Klurahan, Sukoharjo memiliki tempat karantina sebagai tempat pelestarian dan pengembangan burung dares atau dikenal dengan nama latin Tyto alba.
Tempat penangkaran dan pelestarian itu berfungsi untuk menjaga anak dari burung Tyto Alba yang ada di rubuha (rumah burung hantu). Program rubuha yang ditempatkan di kawasan persawahan Sukoharjo dimaksudkan untuk menanggulangi hama tikus.
Dengan adanya rubuha, populasi Tyto Alba sebagai predator alami akan bertambah karena adanya tempat untuk proses berkembang biak.
“Fungsi rubuha sebenarnya untuk berkembang biak, dan mengintai tikus di persawahan, kalau untuk tidur biasanya mereka [Tyto Alba] lebih senang di pepohonan,” lanjut Tuti.
Baca juga: Tikus Menyerang, Petani Baki Gelar Gropyokan