Esposin, BOYOLALI -- Festival Hasil Bumi Saparan berlangsung meriah di Desa Ngargosari, Ampel, Boyolali, Minggu (10/9/2023) pagi. Warga ramai-ramai menyaksikan kirab gunungan hasil bumi serta apam yang dimeriahkan pula dengan penampilan 75 prajurit Keraton Solo.
Pantauan Esposin, ratusan orang berkumpul di Lapangan Pucang, Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Boyolali, Minggu pagi. Mereka menunggu kedatangan rombongan kirab berupa dua gunungan apam dan tiga gunungan hasil bumi yang dibawa rombongan warga.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Sebelum gunungan apam dibagikan sekitar pukul 11.00 WIB, gunungan tersebut diarak keliling Desa Ngargosari mulai pukul 09.15 WIB dan sampai di lapangan Dukuh Pucang pada pukul 10.45 WIB. Sebelum berangkat, warga berdoa bersama di jalan Dukuh Pucang.
Urutan dalam arak-arakan pada Festival Saparan di Ampel, Boyolali, tersebut dimulai dari 75 prajurit Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kemudian disusul gunungan dua apam, lalu tiga gunungan hasil bumi.
Selanjutnya ada kereta kuda yang mengangkut perangkat desa hingga pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Ampel. Arak-arakan dilanjutkan dengan warga yang memakai berbagai kostum dan kreasi lainnya.
Kirab tersebut selain melewati jalanan dukuh, juga melewati jalan alternatif menuju Tlatar dari Ampel, sehingga menjadi tontonan warga yang hendak atau dari arah Tlatar, Boyolali.
Sekitar pukul 11.00 WIB, isi dari lima gunungan yang dibawa kemudian disebar ke warga yang berada di sekitar Lapangan Pucang. Keriuhan terjadi di dua gunungan apam, debu-debu beterbangan dan cuaca panas tidak membuat warga malas menangkap dan mengambil apam.Setelah dua gunungan apam habis, warga kemudian menyerbu tiga gunungan hasil bumi lainnya hingga ludes. Ketua Panitia Festival Hasil Bumi Saparan Ampel, Boyolali, Sutiyo, mengungkapkan agenda tersebut baru kali pertama digelar di Dukuh Pucang. Ia mengungkap kegiatan tersebut menganut ajaran Ki Ageng Gribig di Klaten.
Memperkuat Persatuan Warga
“Jadi budaya tersebut kami lestarikan di wilayah Ngargosari. Saparan memang identik harus ada apam, makanya kami buat juga gunungan apam,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di sela-sela acara.
Tujuan kegiatan tersebut, kata dia, adalah untuk melestarikan budaya saparan sekaligus memperkuat persatuan warga Ngargosari dan khususnya di Pucang. Ia menyebut peserta kirab ada dari RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, dan RT 005.
Tiyo juga mengungkapkan kegiatan Festival Hasil Bumi Saparan di Pucang, Ampel, Boyolali, bekerja sama dengan prajurit Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan tujuan memperkenalkan mereka lebih dekat kepada masyarakat.
Selanjutnya, ia berharap acara Festival Hasil Bumi Saparan dapat dilakukan secara rutin secara lebih besar dan akan menggandeng tidak hanya prajurit akan tetapi tokoh-tokoh lain di Keraton Solo.
Terpisah, Kepala Desa atau Kades Ngargosari, Suyamto, merencanakan kegiatan yang tahun ini baru digelar oleh Dukuh Pucang dapat dibesarkan setingkat desa dan bisa menjadi agenda tahunan.
Suyamto juga sangat mengapresiasi kekompakan dan kegotongroyongan warga Dukuh Pucang yang telah menyelenggarakan kegiatan Festival Saparan.
“Kirab hasil bumi dan budaya ini merupakan wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hasil bumi kami telah panen sekaligus gebyar Saparan. Di sini banyak ada sayur mayur, tembakau, palawija, dan sebagainya,” kata dia.
Camat Ampel, Sri Hanung Mahendra, mengatakan di Ampel sudah banyak kegiatan merti dusun. Namun, kegiatan Festival Hasil Bumi Saparan di Dukuh Pucang tersebut menjadi pionir kirab budaya dan hasil bumi di kecamatan tersebut.
Menurutnya, adanya Festival Saparan di Pucang, Ampel, Boyolali, menjadi tanda tingginya tingkat kebudayaan masyarakat dan wujud syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah.
“Saya berharap kegiatan ini bisa diikuti oleh dukuh-dukuh, utamanya yang ada di Ngargosari. Agar nanti menjadi satu kesatuan terintegrasi sehingga lebih besar kegiatannya,” harap dia.