Langganan

FGD Bappeda Solo Ungkap Sederet Tantangan dalam Wujudkan Aglomerasi Soloraya

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 26 September 2024 - 17:45 WIB

ESPOS.ID - Penyerahan peta jalan (road map) aglomerasi Soloraya oleh perwakilan tim perumus kepada Bappeda di Soloraya dalam forum FGD yang digelar Bappeda Solo di Solia Zigna Hotel, Laweyan, Solo, Kamis (26/9/2024).

Esposin, SOLO -- Sejumlah tantangan besar mengadang upaya mewujudkan aglomerasi daerah-daerah di Soloraya. Padahal, aglomerasi dinilai menjadi gagasan positif untuk mendorong investasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan daya saing antardaerah di Soloraya.

Tantangan besar tersebut di antaranya terkait persoalan birokrasi, ego sektoral, dan regulasi. Hal itu mencuat dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Peluang dan Tantangan Aglomerasi Soloraya yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solo di Solia Zigna Hotel, Laweyan, Solo, Kamis (26/9/2024).

Advertisement

Acara tersebut dihadiri perwakilan pemangku kebijakan, Kadin, akademisi, dan organisasi nonpemerintah se-Soloraya. Ada tiga narasumber yang dihadirkan, yakni Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Solo Ferry Sephta Indrianto, Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekda Karanganyar Yopi Eko Jati Wibowo, dan Dosen Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Malik Cahyadin.

Ferry Sephta Indrianto menyampaikan kolaborasi adalah kunci kesuksesan wilayah, tak terkecuali Soloraya. Dengan kolaborasi akan terwujud daya saing regional, adanya pembagian peran yang sesuai keunggulan masing-masing, dan efisien serta optimalnya sumber daya yang dimiliki.

Advertisement

Ferry Sephta Indrianto menyampaikan kolaborasi adalah kunci kesuksesan wilayah, tak terkecuali Soloraya. Dengan kolaborasi akan terwujud daya saing regional, adanya pembagian peran yang sesuai keunggulan masing-masing, dan efisien serta optimalnya sumber daya yang dimiliki.

“Semua bagian dari Subosukawonosraten saling terkait dan saling membutuhkan. Hanya dengan bekerja sama, kita bisa memastikan setiap wilayah mencapai potensi maksimalnya dan Subosukawonosraten [Soloraya] berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang solid dan berdaya saing,” kata dia

Menurut Ferry, di Soloraya setidaknya ada lima potensi, yakni investasi, budaya, ekonomi kreatif, daya saing, dan transportasi. Dia menilai jika potensi tersebut bisa dioptimalkan dengan berkolaborasi maka bisa mengatasi tantangan atau permasalahan di tiap-tiap daerah.

Advertisement

Bergerak dalam Arah yang Sama

“Guna mewujudkan aglomerasi Soloraya tantangan utamanya adalah memastikan daerah bergerak dalam arah yang sama dan saling mendukung. Maka dari itu ada empat hal yang perlu diperhatikan: keselarasan visi antardaerah, kebijakan bersama, penyelarasan skala prioritas sektor, dan koordinasi infrastruktur

Yopi Eko Jati Wibowo menyampaikan Karanganyar memiliki sejumlah potensi untuk mendukung aglomerasi Soloraya. Ada sektor pertanian, pariwisata, industri, pengembangan perumahan, dan ketersediaan tenaga kerja terampil.

Namun, menurut Yopi, di balik banyaknya potensi wilayahnya tak lepas dari sejumlah tantangan yang dihadapi. Dia mencontohkan di sektor pertanian saat ini Karanganyar punya tantangan soal alih fungsi lahan dan keterbatasan air irigasi.

Advertisement

“Kemudian di sektor pariwisata kami juga ada persoalan terkait kemacetan, lama tinggal rendah, dan aksesibilitas. Lalu di pengembangan perumahan masalah utamanya adalah di penanganan sampah dan penyediaan kebutuhan air. Pada sektor industri masalah kami adalah di infrastruktur yakni banyak jalan rusak,” lanjut dia

Oleh karenanya guna mengatasi tantangan dan permasalahan tersebut, dia menawarkan tiga opsi agar aglomerasi Soloraya bisa terlaksana. Pertama, kolaborasi antardaerah. Kedua, perlunya membuat regulasi yang jelas. Ketiga, mengubah budaya lama seperti birokrasi yang berbelit-belit hingga pola pikir masyarakat yang menghambat investasi.

“Kami menyadari di Pemkab Karanganyar masih ada yang menerapkan budaya pola-pola lama, padahal di satu sisi kita perlu out of the box dan menghilangkan birokrasi yang menghambat investasi sehingga saat investasi masuk kolaborasi bisa jalan.

Advertisement

Sementara itu, Malik Cahyadin menyampaikan soal urgensi aglomerasi Soloraya. Menurutnya, aglomerasi menjadi penting karena beberapa hal yakni aspek demografi di mana tingkat kepadatan penduduk Solo sudah 5,5 kali lebih tinggi dibandingkan dareah lain di Soloraya sehingga butuh dukungan dari daerah lain.

Kepala Daerah Harus Duduk Bersama

“Kemudian dari aspek geografis, Solo merupakan wilayah terkecil dan lahan untuk pembangunan investasi terbatas. Sehingga perlu adanya sokongan daerah lain untuk penyediaan lahan investasi. Kemudian dari aspek kualitas ekonomi, wilayah Soloraya pertumbuhan ekonominya tidak ada perbedaan signifikan. Sehingga kalau pertumbuhan ekonomi cenderung sama solusi terbaiknya adalah kongsi atau kerja sama,” papar dia.

Berikutnya, kata dia, belum meratanya tiga komponen indeks pembangunan manusia (IPM), sehingga perlu adanya kerja sama untuk melakukan pemerataan pendapatan per kapita, kualitas pendidikan, dan kesehatan.

Malik juga membuat simulasi soal tujuh dampak aglomerasi terhadap perekonomian Soloraya, yakni meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Kemudian indeks pembangunan manusia (IPM), penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT), mengurangi kemiskinan, dan menurunnya ketimpangan regional wilayah atau dummy.

Sementara itu, secara umum peserta yang hadir dalam FGD itu menyambut baik adanya aglomerasi Soloraya. Hanya ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat aglomerasi dijalankan.

Sejumlah hal itu mulai dari aspek regulasi, ego sektoral, hingga soal lingkungan hidup. Perwakilan Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Suharto, mengatakan kunci aglomerasi adalah komitmen pemimpin tiap daerah.

“Kuncinya itu adalah pemimpin di tiap-tiap daerah. Mau duduk bareng atau tidak walaupun mungkin partainya beda-beda. Soalnya kalau bahasan aglomerasi hanya dibahas orang-orang di bawah tapi pemimpinnya tidak mau duduk bareng dan komitmen bersama ya sulit diwujudkan, artinya masih ada ego masing-masing,” kata dia.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif