Fasilitas publik Solo, komunitas peseda di Solo menilai jalanan tak ramah bagi pesepeda.
Esposin, SOLO--Komunitas sepeda lipat (Seli) Kota Solo menilai jalanan di Kota Bengawan belum ramah bagi pesepeda. Selain belum tersedianya jalur khusus bagi pesepeda, juga jalanan yang ada masih minim rambu bagi pesepeda.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Ketua Komunitas Seli Kota Solo, Ade Setiyono, kepada Esposin, Kamis (15/10/2015), mengatakan meski Kota Solo memiliki bentuk geografis yang mendukung aktivitas bersepeda, namun hal tersebut tak lantas membuat jumlah pemakai sepeda tinggi. Bahkan, jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, seperti Kota Yogyakarta, Solo masih minim pesepeda.
“Minimnya jumlah pesepeda dikarenakan kurangnya sarana yang tersedia bagi pesepeda. Salah satunya tidak ada jalur khusus bagi pesepeda,” katanya.
Dia mengakui Solo memiliki jalur lambat yang cukup panjang mencapai 30 kilometer. Namun, kata dia, kondisinya masih jauh dari baik, karena tidak hanya pesepeda yang mengakses, tapi juga becak. Belum lagi sepeda motor yang terkadang berkendara melintasi jalur lambat. Selain itu, jalur lambat yang ada kondisinya banyak beralih fungsi menjadi tempat berjualan bagi Pedagang Kaki Lima (PKL), tempat parkir, bahkan ada yang mendirikan bangunan di jalur lambat.
“Kondisi jalan juga banyak yang berlubang sehingga membahayakan pesepeda. Jalan yang ada belum ramah untuk pesepeda,” katanya.
Karena itu, dia menilai Pemerintah Kota (Pemkot) perlu membuat jalur khusus bagi sepeda. Sehingga, jalanan lebih ramah bagi para pesepeda dan meningkatkan jumlah pemakai sepeda di Kota Solo.
Menurutnya, melalui kegiatan Jambore Sepeda Lipat Nasional (Jamselinas) V 2015 yang akan dipusatkan di Kota Solo pada 16-19 Oktober mendatang diharapkan mampu menggugah semua pihak untuk mewujudkan jalanan di Solo ramah bagi pesepeda.
Ketua Jamselinas V 2015, Heru Joko Satriya, mengatakan saat ini fasilitas bagi para pesepeda di Kota Solo memang masih sangat kurang. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat sebenarnya infrastrukturnya sudah ada.
“Jalur lambat yang ada harus benar-benar bebas 100 persen dari aktivitas apa pun,” ujarnya.
Dia mengatakan Jamselinas akan diikuti 700 pesepeda dari sejumlah kota besar di Indonesia, di antaranya, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bangka Belitung, Medan, Padang, dan kota-kota lainnya. Sebagian besar akan datang dengan bersepeda. “Solo menjadi kota kelima Jamselinas, setelah Jogja pada Jamselinas 2014 lalu,” katanya.