Esposin, WONOGIRI--Event budaya tahunan, jamasan pusaka dan ruwatan massal, bakal kembali digelar di Wonogiri, Minggu (17/11/2013). Diperkirakan acara itu sukses menyedot ribuan pengunjung.
Khusus ruwatan massal, penyelenggara mematok target acara itu diikuti sekitar 40-an orang. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Waduk Gajah Mungkur (WGM), Pardiyanto, kepada espos.id, Jumat (15/11/2013), mengatakan event yang bertajuk Gebyar Wisata Budaya Wonogiri 2013 itu seperti biasa menyuguhkan ritual jamasan pusaka. Pusaka yang berasal dari beberapa tempat penyimpanan, salah satunya di Tugu Pusaka Selogiri, dikirab di seputar objek wisata dan dimandikan atau dijamasi.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
"Ini event tahunan setiap bulan Suro. Pusaka-pusaka yang ada di Wonogiri akan dimandikan. Selain jamasan, Gebyar Wisata Budaya Wonogiri juga diisi ruwatan massal. Ruwatan massal ini untuk mereka yang punya sifat, karakter atau nasib tertentu. Dipercaya untuk buang nasib sial," jelas Pardianto.
Beberapa sifat atau nasib manusia yang biasanya diruwat antara lain anak laki-laki tinggal (ontang-anting), anak perempuan tunggal (unting-unting), anak lahir tanpa ari-ari (lumunting), anak laki-laki dan perempuan lahir bersama (dampit), anak tiga perempuan semua (serimpi), anak lahir di perjalanan (margana), dan anak lahir putih sekali (bule). Ada juga ruwatan untuk orang yang mendapat masalah dalam hidupnya, misalnya membuat rumah belum jadi sudah roboh dan membuat rumah tutup keongnya jatuh. Acara ruwatan tersebut dipimpin dalang ruwat Ki Sutino Hardoko Carito. Untuk berpartisipasi dalam acara ini, setiap peserta diminta membayar biaya pendaftaran Rp150.000.
Sementara itu, untuk mendukung acara jamasan pusaka pada Minggu, masyarakat Selogiri akan mengawali acara dengan mengadakan kirab pusaka yang disimpan di Tugu Pusaka Selogiri pada Sabtu (16/11) malam. Acara tersebut diawali dengan pembukaan bagian penutup pusaka pada Sabtu sore.
Selanjutnya, pusaka berupa keris dan tombak itu diambil sekitar pukul 19.00 WIB malam harinya lalu dikirab keliling Tugu Pusaka.
"Tidak bisa seketika itu juga diambil, karena di dalam itu kan kedap udara. Jadi setelah dibuka diberi jeda dua jam baru diambil oleh warga Gunung Mijil, yang merupakan kerabat atau abdi dalem Mangkunegaran.
Harus begitu karena pusaka itu adalah peninggalan raja Mangkunegaran," beber Camat Selogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui espos.id, di sela-sela kegiatan kerja bakti persiapan pelaksanaan jamasan pusaka, Jumat. Kerja bakti diikuti jajaran Pemerintah Kecamatan Selogiri, Koramil Selogiri, dan masyarakat setempat.