Esposin, SRAGEN — Sebuah kuburan massal tempat makam para terduga anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) berlokasi tepat di emperan rumah Darmin, 60, warga Dusun Dukuh RT 07, Desa Tenggak, Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah.
Kuburan massal PKI di Sragen itu awalnya berupa gundukan tanah. Pihak ahli waris kemudian membangun fondasi beton berbentuk persegi panjang pada 3 Juli 1993. Di bagian permukaan beton itu terdapat tulisan Bong-Tomo-DKK-11.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Bong atau Bung Tomo merupakan sebutan dari salah satu tokoh penting yang turut dieksekusi. DKK merupakan kependekan dari dan kawan-kawan. Sementara angka 11 merujuk pada jumlah warga terduga anggota PKI yang dieksekusi mati di lokasi tersebut.
Di lokasi inilah, 11 warga yang diperkirakan sebagai anggota PKI dieksekusi mati dengan cara diberondong tembakan. Eksekusi mati terduga PKI itu dilaksanakan pada malam hari.
Saat eksekusi berlangsung, semua warga diminta tidak keluar rumah. Setelah dieksekusi mati, mereka lalu dikubur di satu lubang.
“Jadi dulu di sini itu tanah lapang dekat makam. Lalu dibuatkan satu lubang untuk mengubur mereka setelah dieksekusi. Saya juga tidak tahu persis ceritanya bagaimana. Saya hanya mendapat sedikit cerita dari orang tua dulu,” ujar Sugi Atmojo, 78, sesepuh warga setempat kala berbincang dengan Esposin di lokasi, Sabtu (25/9/2021).
Sugi menjelaskan dari 11 warga yang dieksekusi mati itu, terdapat satu orang yang kebal peluru. Dia adalah seorang kepala desa yang menjabat di Kecamatan Sambirejo.
Baca juga: Diminta Waspadai Kebangkitan PKI Gaya Baru, Ini Tanggapan DPRD Solo
Konon, beberapa orang yang dieksekusi itu merupakan perangkat desa yang menjadi pengikut setia sang kades. “Sudah ditembaki, tapi tidak bisa mati. Akhirnya dia didorong ke lubang dan dikubur hidup-hidup bersama 10 warga lain,” papar Sugi Atmojo.
Kuburan massal terduga anggota PKI itu berada tepat di emperan rumah Darmin. Saat tragedi itu terjadi, Darmin masih berusia sekitar empat tahun. Rumah itu dibangun ayah Darmin, beberapa tahun setelah terjadi eksekusi mati terduga PKI tersebut.
Meski kuburan massal itu berada tepat di depan rumahnya, Darmin mengaku nyaman tinggal di rumah warisan orang tuanya itu.
Dihiasi Aneka Tanaman
Ia juga tidak pernah mendapat pengalaman mistis terkait keberadaan kuburan massal di emperan rumahnya itu. Bagi Darmin, kuburan massal itu hanya bangunan biasa yang tidak perlu ditakuti. Ia menghias emperan rumahnya dengan aneka tanaman sehingga terkesan asri.“Anak dan cucu atau ahli waris dari mereka biasa nyekar ke sini. Ada yang datang dari Jakarta dengan mobil. Kebanyakan dari mereka datang saat Ruwah atau mendekati Puasa,” terang Darmin.
Baca juga: Museum Kresek Tahun Ini Akan Dibenahi, Pemkab Madiun Siapkan Rp3 Miliar
Ketua RT 07, Dusun Dukuh, Desa Tenggak, Husnul Aziz, mengatakan tidak ada warga sekitar yang turut dieksekusi mati di kampungnya pada 1965. Husnul Juga tidak tahu siapa saja meraka dan peran dalam organisasi PKI seperti apa.
“Bong atau Bung itu sebutan untuk orang-orang hebat pada masanya. Karena dianggap bagian dari PKI, mereka lalu dieksekusi mati. Tapi, siapa saja mereka, kami juga tidak tahu. Konon, salah satu di antara mereka katanya seorang kades asal Kecamatan Sambirejo yang dikenal sakti karena tidak mempan peluru,” paparnya.